Page 55 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 55

Tiba-tiba  petir dan guruh terdengar membelah  langit,
            bumi bergetar hebat mendengar sumpahnya. Setelah bumi reda
            dengan  getarannya,  Srenggi meneruskan  perjalanannya  menuju
            ke tempat ayahnya berada. Kebetulan Begawan Samiti baru saja
            menyelesaikan tapanya. Tanpa bertanya-tanya mengenai keadaan
            ayahnya, Srenggi langsung bercerita.


                    “Ayah, aku tadi menyumpahi Parikesit agar mati
            digigit Naga Taksaka. Dia  kurang ajar, Ayah, berani sekali dia
            menghinamu,” teriak Srenggi.

                    Begawan Samiti terkejut mendengar kata-kata Srenggi.

                    “Jagat dewa batara! Apa yang akan terjadi pada Kerajaan
            Astina?  Srenggi! Tidak semestinya kau menyumpah-nyumpah
            tanpa mengetahui duduk persoalannya!” hardik Begawan Samiti
            dengan marahnya.

                    “Dari siapa kamu tahu perbuatan Parikesit terhadapku?”
            tanya Begawan Samiti memandang anaknya.


                    “Ayah, Kresa melihat  peristiwa itu  dari balik  semak
            dan ketika aku datang  dia langsung  menceritakan  hal  tersebut
            kepadaku.” jawab Kala Srenggi.

                    “Oh, Kresa!  Kresa! Rupanya engkau pengadu domba
            seperti musang layaknya,” kata Begawan Samiti tanpa sadar.

                    Dengan tiba-tiba  Kresa yang berdiri  di  dekat Srenggi
            menjatuhkan  dirinya  dan berubah  menjadi seekor musang.
            Dengan menguik-nguik  musang itu mendekati kaki Begawan
            Samiti. Orang tua itu tertegun melihat hasil ucapan yang keluar
            dari mulutnya itu.


                                         49
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60