Page 56 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 56
“Dewa penguasa dunia, ampunilah hambamu!” kata
Begawan Samiti. Dia sangat menyesal telah mengatakan semacam
kutukan kepada Kresa. Itu dilakukan karena Begawan Samiti
merasa kaget bahwa anaknya Srenggi telah menyumpahi Parikesit.
Lalu, dia berkata kepada musang jelmaan Kresa.
“Wahai Kresa, itu memang menjadi karmamu. Jika kamu
ingin berubah menjadi manusia lagi, kamu harus bertapa. Tidak
boleh makan unggas dan buah-buahan selama tiga tahun. Kelak
jika semua itu engkau jalankan dengan kepasrahan diri serta
ketenangan hatimu, akan datang seorang anak laki-laki kecil
yang akan memukulmu dengan ranting pohon dadap. Saat itulah
engkau kembali menjadi manusia,” kata Begawan Samiti.
Musang itu kemudian berlari dengan cepat meninggalkan
Begawan Samiti sambil mengui-nguik nyaring. Sepeninggal
musang jelmaan Kresa itu, Begawan Samiti menasihati Srenggi
agar mencabut sumpah serapahnya kepada Parikesit.
“Srenggi, kamu lihat sendiri bagaimana Kresa menderita
karena kata-kataku yang terhambur tanpa kusadari. Seharusnya
aku hati-hati, tetapi aku melakukan itu karena terkejut ketika
mendengar tindakanmu menyumpahi Raja Parikesit. Sekarang
coba cabut sumpahmu atas Raja Parikesit itu, Srenggi!” kata
Begawan Samiti. Namun, Srenggi menolak permintaan itu.
“Aku pantang untuk menarik sumpah. Parikesit telah
menghina ayah dan aku tidak dapat membiarkannya,” kata Srenggi
kepada Ayahnya.
50