Page 59 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 59

AJAL SEORANG RAJA


            Pagi itu cuaca bersinar aneh. Matahari yang muncul dari ufuk timur
            menyemburatkan warna merah biji saga. Kesannya bukan indah,
            tetapi sangat mengerikan. Angin yang berhembus serasa menusuk
            tulang.  Pagi yang aneh yang seharusnya dapat  membangkitkan
            semangat  manusia untuk  memulai  kehidupan malah  terkesan
            menyeramkan. Sepertinya udara dipenuhi bau kematian. Orang-
            orang malas keluar rumah. Badan mereka seakan meriang tertusuk
            angin. Banyak penduduk keluar rumah menggunakan selimut dari
            kain sarung untuk melindungi kulit dari hembusan udara dingin
            dan menutupi muka dari butiran pasir yang diterbangkan angin.

                    Di sebuah tempat  mengarah ke Kerajaan  Astina,
            berjalanlah  seorang  brahmana  bernama  Kasyapa.  Dia akan
            menghadap Raja Astina untuk  menolong Raja Parikesit  dari
            kutukan Srenggi. Kasyapa mendengar kutukan itu. Kasyapa setiap
            hari  berjalan  berkelana  ke pelosok-pelosok daerah Kerajaan
            Astina. Di tengah jalan, Kasyapa bertemu dengan naga Taksaka,
            tetapi Kasyapa belum pernah mengenal naga itu. Lalu, Kasyapa
            menyapa, “Siapakah engkau yang melewati jalanku?”

                    “Hai Brahmana, hendak ke mana jalanmu?” tanya Taksaka.

                    “Aku Kasyapa,” jawab brahmana itu, “Aku akan ke Istana
            Raja  Parikesit. Tidak tahukah kamu  bahwa Srenggi hari  ini
            mengutuk   Parikesit akan  mati  digigit oleh seekor naga?”  jelas
            Kasyapa.


                    “Wahai Brahmana, memangnya engkau mampu menolong
            Parikesit menghindari kutukan  itu?  Apa  kesaktianmu,  coba
            tunjukkan padaku!” tantang Taksaka.


                                         53
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64