Page 60 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 60
Lalu, beradu tandinglah Taksaka dengan Kasyapa. Beberapa
kesaktian Kasyapa dan Taksaka silih berganti diperlihatkan.
Sebuah pohon beringin yang diserang Taksaka terbakar dan hangus
menjadi abu. Kasyapa membaca mantra dan menghidupkan
pohon itu kembali. Mantra itu hanya dapat digunakan satu kali
saja, sehingga setelah pameran kesaktian itu, Kasyapa tidak dapat
menghidupkan sesuatu yang telah mati. Mantra itu sebetulnya
merupakan andalan Kasyapa untuk menolong Parikesit. Oleh
karena Kasyapa sombong dan senang disanjung, kesaktian yang
seharusnya tidak digunakan di tempat itu malah sudah digunakan.
Kasyapa tidak mundur niatnya menolong Raja Parikesit. Hatinya
mengatakan masih ada beberapa kesaktian lagi yang belum
dikeluarkan. Kesaktian Kasyapa membuat takjub Taksaka. Taktik
Taksaka berhasil memusnahkan beberapa kesaktian Kasyapa.
Taksaka memuji dan menyembah Begawan Kasyapa karena telah
mengeluarkan beberapa kesaktian. Dada Kasyapa mengembang
karena mabuk pujian. Akhirnya, mereka berpisah masing-masing
menuju Astina.
Naga Taksaka mengubah dirinya menjadi seorang
brahmana dengan membawa sekeranjang jambu yang segar
dan menarik selera. Ia berjalan melalui jalan pintas mendahului
Kasyapa menuju Astinapura.
Pada hari itu yang menurut ramalan Srenggi sebagai hari
ajal Parikesit. Penjagaan ke arah puncak menara dijaga ketat.
Brahmana dan pendeta kerajaan tidak habis-habisnya berdoa agar
Raja Astina selamat dari kutukan Srenggi anak Begawan Samiti.
54