Page 64 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 64

AWAN PUTIH


            Andini masih menatapi mulut eyang kakungnya yang bergerak-
            gerak  saat  menyampaikan cerita mengenai naga Taksaka yang
            menggigit Raja Agung Astina karena karmanya.

                    “Nah, begitulah  kisah hidup manusia.  Parikesit sebagai
            raja  yang  agung  tidak  akan  menyangka  bahwa  ajalnya  hanya
            karena digit oleh ular naga,” kata eyang kakung Andini.

                    “Manusia  itu  ternyata  sifatnya  bermacam-macam,
            ya, Eyang.  Kasihan Parikesit!  Hanya karena tidak  dijawab
            pertanyaannya oleh Begawan Samiti, langsung marah.”

                    “Itulah,  Andini,” eyang kakungnya kembali  berkata,
            “barangsiapa  berbuat  baik,  kelak  akan  menerima kebaikan
            pula. Demikian pula sebaliknya. Siapa yang menanamkan benih
            kejahatan akan memetik buahnya yang kurang menyenangkan,”
            tambah eyang kakung Andini.


                    “Oh, begitu, ya, Eyang!” jawab Andini.

                    “Ya, begitu, Andini. Nah, sudah sana kamu ke eyang putri.
            Kita sudah ditunggu untuk makan malam, yuk!” kata eyang kakung
            sambil  menggamit  tangan  Andini menggandengnya  masuk  ke
            dalam rumah.

                    Malam itu, setelah makan, Andini duduk manis di dekat
            eyang  putri dan ibunya. Dengan  telaten, dijawabnya setiap
            pertanyaan yang dilontarkan oleh eyang putrinya. Pertanyaan itu
            berkisar tentang sekolah dan seputar teman sekolahnya. Mereka
            mengobrol  hingga  larut  malam.  Andini tidur terlalu  malam
            sehingga esok  harinya Andini  bangun  kesiangan. Eyang kakung


                                         58
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69