Page 66 - Awan Putih Mengambang di Cakrawala
P. 66

dan memabukkan.  Parikesit lupa  bahwa hidup berkuasa  itu
            tidak hanya untuk dirinya sendiri, dia tidak dapat berada di atas
            cakrawala, dia harus membumi.


                    “Awan  itu  indah, aku membayangkan  seperti  Parikesit.
            Entah mengapa setiap melihat awan menggumpal di langit dan
            berwarna putih, aku selalu ingat Parikesit,” kata Andini berkata
            sendiri.   “Ah, biarlah!  Parikesit, ya, Parikesit!  Awan, ya, awan,
            tetap berada di atas cakrawala dan berwarna putih,” kata Andini
            kembali.  “Aku  tanyakan  pada  eyang  kakung  ah,  mengapa  awan
            putih selalu menarik jika dia bergumpal dan berjalan pelan di atas
            cakrawala,” kata Andini sambil berbalik menuju rumah eyangnya.

                    Kembali  Andini mencari eyang  kakungnya yang  baru
            pulang  dari  pertemuan dengan teman-temannya. Andini  selalu
            haus mendengar cerita dari  eyangnya. Dia mendapat  banyak
            pengalaman  dari cerita-cerita yang  didongengkan  oleh eyang
            kakungnya itu. Masih beberapa hari lagi dia tinggal di rumah eyang.
            Ibu Andini sudah pulang ke Jakarta dan Andini akan dijemput oleh
            ibunya jika masa liburan telah selesai.

                    Eyang kakung dan eyang putri senang ada Andini bersama
            mereka. Ada teman berbincang-bincang bagi eyang putri dan ada
            orang  yang  akan  memakan setiap  makanan  yang  dimasaknya.
            Eyang kakung senang karena Andini  tekun mendengar  setiap
            ceritanya. Andini  adalah cucu yang baik.  Bagi kedua eyang itu,
            Andini  bagai segumpal  awan putih yang berjalan  pelan di  atas
            cakrawala dibantu oleh tiupan angin.









                                         60
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71