Page 18 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 18

“Kami  sengaja  datang  kemari  untuk  mengajak  Syekh  Akhmad  untuk
                  berperang  di negeri  kami.  Negeri  kami  sedang  dalam  perselisihan.  Kami
                  memerlukan seorang petarung yang memiliki ilmu yang tinggi. Kami anggap,
                  Bapaklah  orangnya  yang  paling  cocok.  Kami  akan  memberikan  jabatan
                  sekaligus  kekuasaan  untuk  Bapak  jika  bersedia  bergabung  dengan  kami,”
                  lanjut Wan Fatah.
                        Syekh Akhmad terkejut mendengar ajakan panglima Setabat itu. Begitu
                  pun kedua anaknya. Mata mereka bertatap-tatapan. Mereka seperti sepakat
                  dengan pikiran masing-masing. Syekh Akhmad lalu bicara dengan halus dan
                  hati-hati kepada tamu itu karena takut menyinggung perasaannya.
                        “Baik, Bapak-Bapak. Kedatangan Bapak-Bapak kemari merupakan suatu
                  kehormatan bagi kami. Kami sungguh tidak menyangka adanya ajakan ini,”
                  ucap Syekh Akhmad. “Akan tetapi, tanpa bermaksud lancang, kami terpaksa
                  tidak dapat memenuhi ajakan Bapak. Saya ke sini untuk membagi ilmu. Tidak
                  pernah sedikit pun kami berpikir untuk ikut berperang,” lanjutnya.
                         “Maaf, saya tidak bisa berperang. Saya hanya seorang warga biasa.
                  Saya lebih senang membagi ilmu yang saya memiliki dengan sesama,” ujar
                  Syekh Akhmad mencoba menjelaskan.
                        Setelah mendengar jawaban Syekh Akhmad itu, kedua Panglima Setabat
                  langsung saling berpandangan.
                        Wan  Fatah  dan  Aja  Ranggi  mencoba  merayu Syekh  Akhmad  dengan
                  segala macam janji yang ditawarkan. Akan tetapi, Syekh Akhmad tetap tidak
                  mengubah pendiriannya.
                        Tak berapa lama, kedua utusan itu akhirnya sadar misinya tidak sesuai
                  harapan yang diinginkan. Seketika itu pula mereka minta izin pulang.
                        Penguasa di Setabat sangat kecewa mendengar penolakan Syekh Akhmad
                  untuk berperang. Pemimpin di Setabat menganggap Syekh Akhmad sebagai
                  pembangkang karena tidak mau diajak bekerja sama.
                        Raja  Setabat sudah  kehilangan  kesabarannya  setelah  beberapa  kali
                  utusannya  gagal  membujuk  Syekh  Akhmad  untuk  ikut  berperang.  Mereka
                  kemudian memutuskan untuk menjemput paksa Syekh Akmad. Panglima Wan
                  Fatah  dan  Aja  Ranggi  kembali  mendatangi  rumah  Syekh  Akhmad  dengan
                  maksud yang sama.
                          Sementara  itu,  di  Pusung,  rakyat  sedang  sibuk  mengatur  keamanan
                  dan ketertiban karena Raja Langkat akan mengungsi. Para menteri, panglima
                  perang, aparat kerajaan, dan pemuka adat sedang mengadakan pertemuan.
                        “Saudara-Saudaraku, ada yang ingin saya sampaikan kepada Saudara-
                  Saudara hari ini,” kata kepala istana, Datuk Imam, mengawali rapat.
                        “Tuan  ada  keperluan  apa  sehingga  Tuan  mengundang  kami  ke sini?”
                  tanya salah seorang pemuka adat.
                        “Beberapa waktu yang lalu Raja Setabat mengirimkan surat kepada Raja
                  Langkat. Mereka menginginkan kerja sama dalam mengelola Pelabuhan Lohat.
                  Saya tahu Kerajaan Setabat hanya berpura-pura menawarkan kerja sama,
                  tetapi sebenarnya mereka mempunyai maksud lain. Mereka ingin menguasai







                                                           11
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23