Page 20 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 20

4

                                        Perjalanan Syekh Akhmad

                                           Menapaki Hidup Baru




                        Perjalanan pun dilanjutkan. Mereka memasuki hutan, mendaki gunung,
                  menuruni  jurang,  menyusuri  lembah  dengan  segala  tantangannya.  Mereka
                  melakukan itu dengan penuh semangat dan keikhlasan.
                        Perjalanan Syekh Akhmad dan kedua anaknya sampai di sebuah sumber
                  air. Mereka duduk di atas batu besar yang dikelilingi pohon cemara. Angin
                  semilir mengembus lembut menembus baju yang dikenakan Syekh Akhmad.
                  Akhirnya, Syekh Akhmad pun tertidur. Karena nyenyaknya, Syekh Akhmad
                  tidak mendengar kicauan burung dan desiran daun cemara yang ditiup angin.
                  Ia benar-benar dapat menikmati tidur di atas batu yang besar.  Suatu tempat
                  yang jarang ia temukan di desa sebelumnya.
                        Matahari mulai bergeser ke barat. Sinarnya menembus dedaunan hutan
                  itu.  Wajah  Syekh  Akhmad  pun  terkena  sinar  matahari.  Ia  mengernyitkan
                  dahi. Ia merasakan ada cahaya yang menyilaukan matanya. Dirinya seakan-
                  akan sedang bermimpi. Namun, ia pun sadar bahwa matanya terkena sinar
                  matahari.  Syekh  Akhmad  bangun  dari  tidurnya.  Lalu,  Syekh  Akhmad  dan
                  anak-anaknya melanjutkan perjalanan.
                        Sepanjang perjalanannya mereka disambut burung dengan kicauannya.
                  Semua binatang di hutan itu seakan-akan sudah mengenal  mereka, terutama
                  Syekh Akhmad, orang beriman tinggi yang senantiasa mencari keridaan Sang
                  Khalik di tengah kedukaan sepeninggal istrinya.
                        Tak terhitung sudah berapa jauh jalan yang sudah mereka lalui. Banyak
                  desa yang sudah mereka singgahi. Tak terhitung pula berapa rintangan yang
                  sudah dilalui.
                        Dalam perjalanannya, Syekh Akhmad dan kedua anaknya menemukan
                  sebuah desa yang tampak terpencil dari desa-desa yang lain. Sinar matahari
                  terbit menyambut kedatangan Syekh Akhmad dan kedua anaknya di desa itu.
                  Kicauan burung-burung serta kokokan ayam saling bersahutan seolah-olah
                  menyambut  kedatangan  Syekh  Akhmad  beserta  keluarganya  di desa  yang
                  bernama Desa Tapak Kuda itu.
                        Salahudin, salah satu penghuni desa itu, menyambut baik kedatangan
                  Syekh  Akhmad  dan  keluarganya  di desa  itu.  Begitu  pula  adik Salahudin,
                  namanya Ni Mas, juga menyambut baik kedatangan mereka.
                        Mereka  pun  berkenalan.  Dalam  pembicaraannya  setiap  hari,  Syekh
                  Akhmad  berdakwah  sedikit-sedikit, mensyiarkan  agama  Islam, seperti
                  memberi  salam  kepada  sesama  umat  Islam,  murah  senyum,  dan  hormat
                  kepada sesama.
                        Pertemuan itu sangat menyenangkan. Setelah melihat adiknya, Ni Mas,
                  tampak mengantuk, Salahudin mengajak Syekh Akhmad untuk beristirahat.






                                                           13
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25