Page 21 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 21
Tidak lama kemudian Salahudin terlelap tidur. Akan tetapi, tidak begitu
halnya dengan Syekh Akhmad dan Ni Mas. Mereka berdua tidak dapat tidur.
Ni Mas memikirkan ketampanan Syekh Akhmad meskipun usianya sudah
tidak muda lagi. Sementara itu, Syekh Akhmad teringat wajah istrinya jika
melihat wajah Ni Mas. Ia merasa wanita itu mirip sekali dengan wajah istrinya.
“Sudah menikahkah dia?” gumamnya. “Jika sudah menikah, dengan
siapa?” kegelisahan, kerinduan, dan rasa penasarannya bercampur menjadi
satu dalam benak Syekh Akhmad.
“Ya, Tuhan. Mengapa perjalanan hidupku harus begini? Sampai kapan
perjalanan ini harus hamba jalankan. Lindungilah anak-anak hamba yang
sudah lama ditinggalkan ibunya. Maaafkan hamba-Mu ini yang tak berdaya.
Hanya kuasa-Mu yang menjadi tumpuan hamba,” ucap Syekh Akhmad sambil
memohon.
Seiring waktu berjalan, kedekatan Syekh Akhmad dengan Ni Mas
rupanya tidak hanya sekadar kedekatan guru dan murid. Ni Mas merasa
Syekh Akhmad merupakan sosok pria yang cocok untuk menjadi imamnya.
Begitu pun sebaliknya, Syekh Akhmad memandang Ni Mas sebagai wanita
yang salihah dan mampu dengan ikhlas ikut membesarkan kedua anaknya.
Syekh Akhmad mengutarakan niatnya untuk menikahi Ni Mas. Salahudin,
selaku kakak satu-satunya Ni Mas, tentunya menyambut rencana pernikahan
mereka.
Tak berapa lama, pesta perkawinan pun digelar. Semua alat musik dan
tari-tarian Melayu dipertontonkan di alun-alun. Mereka menggelar pesta
perkawinan dengan mengundang penduduk sekitar.
Semua penari tradisional sudah siap. Bunyi semua alat musik terdengar
sampai ke seluruh pelosok desa. Kecantikan gadis-gadis Melayu tidak ada
tandingannya. Kostum dan lemah gemulai tangan dan tubuh para penari
tradisional membuat semua yang hadir terkagum-kagum. Musik yang
mengiringi para penari pun membuat warga gembira. Seni tradisional Melayu
dipadukan dengan alunan musik Arab. Semua jenis makanan tersedia. Suasana
sangat meriah. Warga yang datang pun sangat senang karena mereka dapat
berkumpul dengan Syekh Akhmad, tokoh yang mereka cintai.
Lampu-lampu di jalan beraneka warna membuat suasana semakin meriah
seperti pesta rakyat. Berbagai hiasan dipajang untuk menambah semarak
suasana, seperti umbul-umbul di sisi kanan dan kiri sepanjang jalan dari
pelabuhan ke alun-alun. Lampion, janur, dan bunga-bunga anggrek ditata
rapi.
Segenap warga merasakan kebahagiaan pada malam itu. Ni Mas dan
Syekh Akhmad tampak sumringah dengan sambutan warga yang datang.
Setiap warga yang hadir mendapat makanan dan minuman yang disediakan
tuan rumah. Ada pula yang sengaja membawa makanan dan buah-buahan
untuk disantap bersama-sama. Semua tamu diperlakukan sama. Tidak ada
yang dibedakan.
Syekh Akhmad dan Ni Mas sudah sah menjadi suami istri. Mereka hidup
saling menyayangi dan menghormati. Ni Mas memperlakukan kedua anak
14