Page 25 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 25

Perahu layar itu terus melaju dengan tenang. Mereka melewati siang
                  dan malam di lautan luas tak bertepi. Mereka akan mengibarkan panji-panji
                  berwarna-warni  bila  berpapasan  dengan  perahu-perahu  lain  yang  sedang
                  menuju ke Negeri Setabat. Hal itu merupakan adat kebiasaan dalam pelayaran
                  untuk  menyampaikan  salam  kepada  perahu-perahu  lain  yang  bertemu  di
                  lautan sebagai tanda bahwa mereka adalah orang baik-baik sehinga tidak ada
                  kekhawatiran di antara mereka selama di perjalanan.
                        Kibaran panji-panji itu akan dibalas oleh perahu-perahu yang mereka
                  sapa. Bila mereka berpapasan dalam jarak yang dekat, seluruh penumpang
                  perahu akan saling melambaikan tangan mereka sebagai tanda persahabatan.
                        Cuaca cerah, perahu berjalan lancar selama pelayaran. Udara sangat
                  bersahabat. Tidak hal yang berat menghalangi pelayaran mereka. Sesekali
                  mereka melewati pulau-pulau kecil di sepanjang lautan. Bila air laut pasang,
                  pulau-pulau kecil itu seperti pucuk-pucuk pohon kelapa yang tumbuh di dalam
                  laut.
                        Syekh  Akhmad  memperingatkan  para  awak  untuk  berhati-hati.  Kalau
                  tidak, perahu mereka akan kandas  menabrak daratan pulau-pulau kecil yang
                  terbenam oleh air laut yang sedang pasang itu.
                        Rangkaian  pulau-pulau dikelilingi  laut  yang  luas  saling  sambung-
                  menyambung  menjadi  satu.  Di  laut  pula  banyak  terjadi  peristiwa,  seperti
                  peperangan, perampasan, dan pertengkaran kecil antarnelayan yang berebut
                  wilayah. Peristiwa-peristiwa kekacauan, perebutan harta, dan pembunuhan
                  yang dilakukan oleh lanun atau perompak juga sering terjadi. Perompak dikenal
                  bukan hanya sebagai perampok harta, tetapi juga berperan sebagai pengacau
                  keamanan  yang  dibayar  oleh  para  penguasa  yang  bertentangan  dengan
                  kerajaan. Mereka juga sering berperan sebagai mata-mata yang dibayar oleh
                  kaum penjajah. Perompak biasanya memakai perahu besar yang dilengkapi
                  dengan senjata lengkap, serta perahu-perahu kecil yang dipergunakan untuk
                  menghadang.
                        Perompak  tergolong  kaum  nekat  yang  tak  segan-segan  berbuat  keji
                  terhadap  korbannya.  Mereka  sangat  ditakuti  oleh  para  pedangang  yang
                  berdagang di laut. Mereka sama sekali tidak takut dengan tentara kerajaan
                  yang berpatroli di lautan. Kapal dan persenjataan mereka jauh lebih canggih
                  daripada kapal patroli yang sering kali kalah cepat.
                        Malam  pun  tiba.  Pandangan  gelap.  Keadaan  sunyi  senyap.  Yang
                  terdengar  hanya  bunyi  air  yang  dikayuh  oleh  berpuluh-puluh  dayung-
                  dayung kayu. Dalam keremangan malam terlihat beberapa bayangan hitam
                  mendekati perahu Syekh Akhmad. Seluruh penumpang merasa ada sesuatu
                  yang mendekat. Bayangan hitam itu ternyata perahu perompak.
                        “Celaka! Kita kedatangan perompak!” ujar salah satu awak kapal.
                        Para bajak laut itu semakin mendekat. Mereka melompat ke perahu Syekh
                  Akhmad  dengan  mengacungkan  senjata  berupa  golok  dan  pedang.  Cahaya
                  bulan yang samar-samar menimbulkan kilatan-kilatan pada golok dan pedang
                  yang  mereka  bawa.  Perahu  Syekh  Akhmad  sudah  tidak  bisa  melarikan  diri







                                                           18
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30