Page 26 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 26

dari kejaran perahu perompak itu. Apalagi mereka sudah berjalan tiga hari,
                  tenaga  mereka  sudah  berkurang.  Syekh  Akhmad  memutuskan  untuk  tetap
                  tenang melindungi keluarganya  dari kawanan bajak laut itu.
                        Perahu  terasa  oleng  karena  dinding  perahunya  bersentuhan  dengan
                  perahu bajak laut. Kedua perahu perompak itu mengapit perahu Syekh Akhmad
                  di bagian kiri dan kanannya. Beberapa anak buah bajak laut melompat ke atas
                  perahu Syekh Akhmad. Mereka mulai mengancam dengan menebas-nebaskan
                  golok dan  pedang  mereka  di udara.  Mereka  berteriak  agar  pemilik  perahu
                  menyerahkan semua harta mereka kalau tidak mereka akan dibunuh.
                        “Ayo,  serahkan  semua  harta  kalian!  Jangan  ada  yang  melawan  kalau
                  tidak ingin mati sia-sia dan terkubur di lautan!” teriak salah seorang perompak
                  dengan nada mengancam.
                        Para  penumpang  di  kapal  termasuk  awak  kapal  terkejut  mendengar
                  suara teriakan itu. Laju kapal pun mulai melambat sampai kemudian akhirnya
                  berhenti.
                        “Cepat! Jangan ada yang berani  macam-macam! Kami tidak ingin ada
                  yang mati konyol di sini!” ancam perompak satunya.
                        Jantung  Syekh  Akhmad  tiba-tiba  berdetak  keras  mendengar  suara
                  perompak itu. Dia termenung sejenak. Ada sesuatu yang aneh dirasakannya.
                  Dia melangkah maju mendekati sang bajak laut dengan sikap siaga, tetapi
                  tidak mengeluarkan senjata.
                        “Sekarang keluarkan semua barang-barang berharga kalian atau kalian
                  akan  tahu  akibatnya!”  ancam  para  perompak  sambil  menebas-nebaskan
                  pedangnya ke udara sebagai tanda ancaman.
                        Syekh Akhmad semakin penasaran. Ia merasa akrab dengan suara itu.
                  Cahaya bulan yang semakin redup karena terhalang awan membuat Syekh
                  Akhmad sulit mengenali wajah-wajah para perompak itu.
                        Mulai mendapat petunjuk, tiba-tiba Syekh Akhmad berkata, “Turunkan
                  senjatamu,   Wan  Agus! Aku adalah  Syekh  Akhmad  yang  akan  pulang  ke
                  Kodah, Tanah Semenanjung. Aku mengenal suaramu.  Aku adalah kawanmu
                  di Kodah.” Teriakan Syekh Akhmad terdengar keras di antara suara-suara
                  gaduh anggota perompak yang mengancam pengisi kapal.
                        Wan Agus, pemimpin bajak laut itu terkejut mendengar Syekh Akhmad
                  menyebut namanya dan juga menyebutkan siapa dirinya pada saat itu. Awan
                  hitam yang tadi menutupi bulan berlalu ditiup angin.
                        Syekh  Akhmad  sekarang  merasa  yakin  bahwa  bajak  laut  yang  akan
                  menyerangnya dipimpin oleh Wan Agus, teman Syekh Akhmad dahulu. Wan
                  Agus masih berdiri tegak sambil mengacungkan golok yang dipegangnya. Dia
                  mencoba mengenali sosok Syekh Akhmad yang sekarang kelihatan berbeda,
                  tetapi suaranya sangat dikenal oleh Wan Agus.
                        Semua  anak  buah  Wan  Agus juga  tampak  terpaku  melihat  reaksi
                  pemimpinnya.  Mereka  heran  dan  bertanya-tanya  di  hati  mereka  masing-
                  masing  mengapa  mereka  bisa  bertemu  Syekh  Akhmad  di  laut.  Mereka









                                                           19
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31