Page 27 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 27

sesungguhnya juga mengenali Syekh Akhmad. Sudah bertahun-tahun  mereka
                  tidak saling bertemu.
                        “Ayolah, Wan Agus! Turunlah! Kemarilah! Aku temanmu. Aku mau ke
                  Kodah  dengan  niat  baik.  Aku ingin  membangun  desaku,” sambung  Syekh
                  Akhmad dengan suara yang lebih bersahabat.
                        Wan  Agus akhirnya  yakin  bahwa  dia  memang  sedang  berhadapan
                  dengan Syekh Akhmad. Syekh Akhmad adalah teman lama di pesantren dan
                  guru mengaji mereka belasan tahun yang lalu.  Wan Agus lalu menyarungkan
                  senjatanya  diikuti  oleh  semua  anak  buahnya.  Ia  kemudian  mengajak  anak
                  buahnya untuk turun ke kapal Syekh Akhmad.
                        Dengan penuh perasaan yang bercampur aduk, Wan Agus turun ke kapal
                  Syekh Akhmad dan mengucapkan salam “Assalamualaikum, ya Akhi.” Wan
                  Agus menyalami  tangan  Syekh  Akhmad  dan  mencium  tangannya.  Mereka
                  berpelukan.  Mereka  terharu  bisa  bertemu  kembali  dengan  teman  lama.
                  Anak buah Wan Agus pun mengikuti, mereka ikut-ikutan memberi salam dan
                  mencium tangan Syekh Akhmad. Wan Agus langsung meminta maaf.
                        “Ampuni  saya,  Syekh  Akhmad.  Ampun.  Saya  tidak menduga  ternyata
                  orang-orang dalam perahu ini adalah Syekh Akhmad,” ujarnya menyesal.
                        Wan Agus menjelaskan bagaimana mereka memutuskan untuk menjadi
                  perompak.  Alasannya,  perekonomian  dan  pendidikan  yang  kurang  disertai
                  dengan keadaan di desa yang sudah tidak dapat banyak diharapkan lagi.
                        Syekh  Akhmad  lalu  memberi  penjelasan  akan  bahaya  pekerjaan  yang
                  mereka lakukan. Menjadi perompak itu adalah sama halnya merampas rezeki
                  orang.  Hal  tersebut  dilarang  agama  karena  akan  mengakibatkan  bencana
                  bagi keluarga korban yang tidak berdosa.
                        Wan  Agus  dan  pengikutnya  kemudian  sadar  bahwa  pekerjaan  yang
                  mereka lakukan dilarang Allah. Meskipun melakukan hal itu karena terpaksa
                  karena  tidak pekerjaan  di  kampungnya,  mereka  tidak  berhak  merebut  hak
                  orang lain dengan paksa apalagi dengan menggunakan cara kekerasan. Wan
                  Agus dan pengikutnya kemudian berterima kasih kepada Syekh Akhmad yang
                  telah menyadarkan mereka.
                        Syekh Akhmad mengajak mereka  untuk mencari uang yang halal. Saat
                  itu juga, Syekh Akhmad mengajak mereka pulang ke Kodah untuk memulai
                  hidup baru yang lebih baik.
                          Setelah  berhari-hari  melawan  ombak  dan  menahan  dinginnya  angin
                  laut, akhirnya Syekh Akhmad dan keluarganya tiba di pulau yang mereka tuju.
                        Syekh Akhmad merasakan dadanya bergetar ketika menginjakkan kakinya
                  di pasir putih pulau tempat dia dibesarkan selama ini. Rupanya kedatangannya
                  sudah  diketahui  oleh  penduduk.  Syekh  Akhmad beserta  keluarga  disambut
                  oleh  teman-teman  dan  penduduk  setempat  yang  sudah  mengetahui
                  kedatangannya. Para ulama dan santri berdiri berjajar di sepanjang jembatan
                  yang menghubungkan pantai dan daratan. Soleh langsung memimpin acara
                  sambutan  itu.  Ia  tak  tahan  lagi  menyambut  kedatangan  imam  sekaligus
                  sahabat dekatnya.







                                                           20
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32