Page 38 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 38
“Rencana lain?” tanya Panglima Lawuk penasaran. “Rencana apa
gerangan yang Baginda maksud?” tambahnya.
Panglima Lawuk mendengarkan cerita rajanya. Mereka berbincang
panjang lebar berbagi pikiran bagaimana mengatur siasat mendapatkan
kembali Putri Mayang Sari.
Sejak peristiwa penculikan itu, Permaisuri Siti Zahra menjadi sakit-
sakitan. Ia tidak mau makan. Badannya semakin hari semakin kurus. Semua
orang termasuk Raja Syarif prihatin melihatnya. Setiap sore hingga malam
hari, sang permaisuri duduk di taman istana sambil melamun membayangkan
kepulangan Putri Mayang Sari. Kadang-kadang dalam tidurnya ia mengigau
memanggil-manggil nama Putri Mayang Sari, putri kesayangannya.
Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Kabar mengenai
keberadaan Putri Mayang Sari belum juga didapat. Permaisuri masih terkulai
lemas di tempat tidurnya. Ia merasa sedih dan putus asa. Rasa sedih yang
berlarut-larut membuat kesehatannya semakin memburuk. Sakitnya semakin
parah. Permaisuri pun meninggal.
Selain kecantikannya, rakyat sangat mengagumi kebaikan permaisuri.
Selama bertahun-tahun permaisuri dengan kesabarannya senantiasa
membantu raja dalam memajukan kerajaan sehingga terkenal di penjuru
negeri.
Bukan hanya raja dan kalangan istana yang merasa kehilangan, tetapi
seluruh rakyat merasa kehilangan atas kematian permaisuri. Selama ini raja
dan permaisuri dikenal sebagai orang yang sangat bijaksana dan adil terhadap
siapa saja. Raja dan permaisuri tidak pernah membedakan antara rakyat
yang miskin dan rakyat yang kaya. Bahkan, seluruh wilayah kerajaan pernah
dikunjungi oleh raja dan permaisuri. Mereka tidak ingin rakyatnya yang hidup
di tempat terpencil tidak mengenal siapakah rajanya.
Selama berminggu-minggu rakyat silih berganti datang ke kerajaan untuk
memberi ucapan ikut dukacita kepada raja dan keluarga istana. Para pelayat
berdatangan dari berbagai penjuru negeri. Mereka merasa kehilangan atas
wafatnya sang permaisuri yang baik budi itu. Hal itu membuktikan betapa
cintanya rakyat kepada junjungannya. Kerajaan Pangkalai dirundung duka.
31