Page 43 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 43

4

                                     Pesta Perkawinan yang Gagal



                        Matahari  bergerak pelan hampir menyentuh ufuk barat. Burung-burung
                  terbang mencari tempat untuk bermalam.  Para pembantu istana kerajaan
                  mondar-mandir  di dalam istana  dengan  kesibukannya  masing-masing.  Ada
                  yang menyiapkan peralatan pesta dengan dekorasinya. Ada yang menyiapkan
                  bahan-bahan makanan dan minuman untuk tamu undangan. Ada juga yang
                  sibuk mendandani kuda kerajaan untuk acara sambutan perayaan pernikahan
                  esok.
                        Raja Pahak menginginkan pernikahannya itu dirayakan besar-besaran.
                  Undangan sudah disebar ke seluruh penjuru negeri. Bahkan, kamar khusus
                  telah disiapkan untuk menginapkan tamu undangan dari negeri seberang.
                        Malam  pun  tiba.  Kegelapan  tidak  dapat  dihindari.  Sang  rembulan
                  mulai menampakkan diri di balik awan. Suara jangkrik, cicak, dan binatang
                  malam sesekali terdengar. Para pelayanan dan pengisi istana mulai kembali
                  ke tempat peristirahatan masing-masing. Mereka ingin tampak bugar esok
                  hari pada pesta pernikahan. Udara malam menjadikan suasana di kerajaan
                  semakin sunyi.
                        Putri Mayang Sari duduk termenung di depan jendela kamar. Wajahnya
                  lebam. Matanya sembab karena setiap hari menangis meratapi nasibnya. Ia
                  tak sudi dipersunting Raja Pahak. Raja yang sudah berumur dan berperilaku
                  kejam. Terkadang, terlintas di benaknya ingin mengakhiri hidupnya saja. Akan
                  tetapi, dalam penyesalannya, terlintas di benaknya sosok Pangeran Indra.
                  Lelaki pujaan hatinya yang selama ini ia kasihi.
                        Dalam  kesunyian  malam terdengar  lolongan  anjing  yang  bersahutan.
                  Lolongan anjing itu semakin membuat suasana mencekam. Putri Mayang Sari
                  belum juga bisa tidur malam itu. Ia hanya merebahkan tubuhnya di rajang
                  sambil membayangkan upacara perkawinannya esok hari. Tak sedikit pun Putri
                  Mayang Sari  mengira ia harus duduk di altar pelaminan dengan Raja Pahak.
                  Lelaki yang sama sekali tidak ia cintai. Tak terbayangkan olehnya harus hidup
                  berdua dengan Raja Pahak, apalagi melayaninya. Ia ingin mati saja rasanya.
                        Putri Mayang Sari hampir menjerit ketika ia melihat sosok lelaki di dalam
                  kamarnya. Pria buruk rupa itu berhasil memasuki kamarnya tanpa merusak
                  jendela ataupun pintu kamar.
                        “Siapa  engkau?  Jangan  macam-macam  denganku  atau  aku  teriak,”
                  ujar  Putri  Mayang  Sari  yang  masih  tampak  ketakutan  melihat  sosok  lelaki
                  berperawakan aneh di dalam kamarnya.
                        “Jangan!  Jangan  gegabah.  Aku datang  untuk menyelamatkanmu,”
                  bisik Pangeran Indra. Sebelum Putri Mayang Sari berteriak, Pangeran Indra
                  langsung membekap Putri Mayang Sari dan seketika itu juga membawanya
                  keluar dari kamar itu.







                                                           36
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48