Page 47 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 47

Ketika  melihat  keadaan  seperti  itu,  Pangeran  Indra  menerobos  ke
                  ratusan prajurit. Ia mencari Raja Pahak. Ia memancing emosi Raja Pahak.
                        “Raja  Pahak, kalau  engkau  memang  jantan,  turun  dari  kereta  kuda
                  dan kita berkelahi satu lawan satu! Jangan main belakang, menculik seperti
                  pencuri!”  teriak  Pangeran  Indra  di tengah-tengah  ratusan  prajurit  yang
                  sedang berperang.
                        Setelah  mendengar  ejekan  Pangeran  Indra,  Raja  Pahak  terpancing
                  emosinya.  Ia  mengejarnya  dengan  kereta.  Raja  Pahak  memanah  Pangeran
                  Indra secara membabi-buta. Akan tetapi, tidak satu pun panahnya mengenai
                  sasaran.
                        Pangeran Indra mengambil panah tersebut dan dipatahkannya panah
                  itu di depan musuhnya. “Panahmu tidak dapat menembus badanku,” tantang
                  Pangeran Indra.
                        Saat melihat kejadian itu, emosi Raja Pahak semakin tersulut.
                        “Siapa engkau sebenarnya? Berani-beraninya engkau kepadaku. Apakah
                  engkau rupanya mau mati? Ha ... ha ... haa ....”
                        Pangeran  Indra  tidak terpancing  membalas ejekan  lawannya.  Ia
                  membalas  serangan  itu  dengan  membidikkan  anak  panahnya.  Akan  tetapi,
                  anak panah tersebut tidak mengenai sasaran, tetapi mengenai kereta kuda
                  musuh. Kereta kuda musuh terbalik.
                        “Jangan banyak bicara, wahai raja tak tahu diri! Lawab aku sekarang
                  kalau engkau memang hebat!” tantang Pangeran Indra.
                        “Cecunguk  sialan!  Berani-berani  engkau  menantangku!”  jawab  Raja
                  Pahak dengan emosi.
                        Raja Pahak semakin murka mendengar ejekan musuhnya. Ia mengeluarkan
                  pedang pusaka yang mengilat. Pedang itu seperti memancarkan cahaya.
                        Hal itu  tidak membuat lawan  Raja  Pahak menjadi  gentar.  Panglima
                  Lawuk dengan penuh keyakinan, gagah berani, dan percaya diri memimpin
                  pasukannya di medan perang.
                        Raja  Syarif  dan  para  pembantunya  melihat  peperangan  dari  atas
                  menara.  Mereka  mengawasi  tentara-tentaranya  dari  kejauhan.  Banyak
                  tentara berjatuhan dan gugur. Prajurit Panglima Lawuk pun tampak banyak
                  yang berjatuhan.
                        Raja  Syarif  bergegas  ingin  turun  ke  medan  perang,  tetapi  Panglima
                  Lawuk  mencegahnya.  Panglima  Lawuk  bersumpah  pada  rajanya,  “Sebelum
                  darah  berhenti  mengalir  di  tubuh  hamba,  Paduka  tidak  perlu  menghadapi
                  Raja Pahak.”
                        Pangeran Indra membawa panah pemberian kakek Wisnu Alam. Suara
                  panah  melesat  seperti  halilintar  membelah  bumi.  Sinar  dari  busur  panah
                  seperti bola matahari yang memerah panas dan sangat menyilaukan mata.
                  Hawa  panas  dari  panah  itu  berhasil  menghanguskan  prajurit  musuh  yang
                  sedang bertempur di medan peperangan. Tak terhitung berapa yang terbakar
                  menjadi mayat.









                                                           40
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52