Page 48 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 48

Prajurit musuk kewalahan melihat prajurit Pangeran Indra maju terus
                  menerabas  prajuritnya.  Meskipun  sedikit  jumlah  prajurit  Pangeran  Indra,
                  tetapi  mereka  berhasil  meladeni  prajurit  musuh.  Mereka  melawan  musuh
                  dengan gagah berani. Mereka seakan-akan seperti banteng ketika menerobos
                  musuh-musuhnya. Prajurit musuh mulai kewalahan.
                        Raja  Pahak sangat  marah  melihat  prajurit-prajuritnya  banyak  yang
                  jatuh. Prajurit andalan Raja Pahak diturunkan. Gugus Alam ikut bergabung
                  melawan musuh.
                        “Kamu jangan lari hingga di antara kita ada yang mati,” tantang Gugus
                  Alam.
                        Pangeran  Indra  menjawab,  “Apa  mau  Tuan  akan  saya  turuti.  Silakan
                  pakai senjatamu, aku siap melayani.”
                        Gugus Alam mengerahkan semua kekuatannya. Ia meloncat ke kiri dan
                  ke kanan sampai kakinya tidak turun ke tanah. Pedangnya diarahkan ke semua
                  arah untuk mencari sasaran, tetapi tidak pernah mengenai sasaran.
                        Pangeran  Indra  mengeluarkan  pedang  pusaka.  Sekali  tebas  dengan
                  pedang  itu,  berkeping-kepinglah  korbannya.  Sabetan  tombak  itu  mengenai
                  Gugus Alam sehingga menembus dadanya dan dia tewas.
                        Sementara  itu,  situasi  di  medan  peperangan  semakin  mencekam.
                  Pangeran Indra dan Raja Pahak masih tetap berhadapan dan kuat sama kuat.
                  Mereka akan bertempur terus sampai salah satu dari mereka gugur di medan
                  perang itu.
                        Untuk mengganggu konsentrasi Raja Pahak, Pangeran Indra berteriak
                  dengan kencang.  “Hai, Raja Pahak,  setelah engkau minta bantuan kepada
                  kedua  saudaramu,  Gugus  Alam  dan  Raja  Hasan,  sekarang  siapa  lagi  yang
                  engkau mintakan bantuan lagi?” teriak Pangeran Indra menantang.
                        Sang  raja  semakin  tambah  marah  melihat  kejadian  itu.  Amarahnya
                  seketika menggelegar. Seperti mau membelah bumi, ia melompat dan menjejak
                  tanah dengan cepat.
                         “Jangan  banyak  bicara, cecunguk  sialan!  Kau  memang  perlu  kuberi
                  pelajaran!” tantang Raja Pahak geram.
                        Mereka  memakai  pusaka  wasiat  mereka  masing-masing.  Raja  Pahak
                  bersenjatakan  kelewang. Pangeran  Indra  bersenjatakan  tombak  pendek
                  bermata  dua.  Mereka  tusuk-menusuk  dan  sabet-menyabet  secepat  kilat.
                  Berkat kesaktian yang mereka miliki, serangan itu dapat dihindari. Bahkan,
                  banyak  pepohonan  di  sekitar  medan  pertempuran  tumbang  dan  terbakar
                  terkena hawa panas yang keluar dari kedua senjata sakti itu.
                        Terjadilah  pertarungan yang  sengit  antara  Raja  Pahak  dan  Pangeran
                  Indra. Raja Pahak memang tangguh dan sakti  karena kelewang besar yang
                  berat itu dapat dimainkan dengan enteng. Wujud senjata itu tidak tampak,
                  tetapi  yang  kelihatan  adalah  hanya  kilatan  cahaya  putih  keperakan  yang
                  dapat mengurung tubuh Pangeran Indra. Akan tetapi, Pangeran Indra yang
                  lincah itu dapat menghindar dari serangan Raja Pahak yang datang bertubi-
                  tubi.







                                                           41
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53