Page 50 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 50

Raja  Syarif  segera  mengambil  tindakan.  Ia  memerintahkan  semua
                  pasukannya  untuk  mundur.  Seketika  itu  pula  pasukan  kerajaan  ditarik
                  mundur ke dalam istana. Pasukan lawan semakin jemawa. Raja Pahak terlihat
                  memutar-mutar cambuk dan mengarahkannya ke pasukan Panglima Lawuk
                  yang semakin terdesak. Raja Syarif, Panglima Lawuk, dan para pengawalnya
                  mundur perlahan.
                        Akan tetapi, tiba-tiba Pangeran Indra muncul. Ia tidak terluka sedikit
                  pun dan berdiri seperti biasa. Semua orang yang ada di medan peperangan
                  terkejut dengan kemunculan Pangeran Indra, termasuk Panglima Lawuk. Raja
                  Pahak terkejut bukan main melihat lawannya masih bertahan.
                        “Sialan! Ternyata cecunguk itu masih ada,” katanya dalam hati dengan
                  kesal dan wajah memerah.
                        Tak berapa lama, Raja Pahak segera membaca mantra dan menyiapkan
                  serangan berikutnya. Pangeran Indra tidak tinggal diam. Ia pun membaca
                  mantra  sambil  siap-siap  mengeluarkan  jurus  andalanya.  Ditariknya  anak
                  panah sakti pemberian gurunya. Secepat kilat anak panah diarahkan ke tubuh
                  Raja Pahak. Raja Pahak sama sekali tidak menyangka dengan serangan itu.
                  Seketika itu pula anak panah menusuk tubuh Raja Pahak.  Ia terlempar jauh
                  hingga ke hadapan Raja Panglima Lawuk berada. Suara teriakan kesakitan
                  menggelegar terdengar dari mulut sang raja.
                        Panglima  Lawuk,  Raja  Syarif,  dan  para  pengawalnya  terkejut  melihat
                  kejadian  itu.  Mereka  melihat  Raja  Pahak  tergeletak  tak  berdaya.  Panah
                  itu  menusuk  perutnya  hingga  ke  pinggang  belakang.  Raja  jahat  itu  tewas
                  mengenaskan.
                        Para prajurtinya terkejut melihat keadaan itu. Seketika itu pula, mereka
                  mundur  dari  medan  perang.  Prajurit  Kerajaan  Gajah  mengaku  kalah  dan
                  meminta  pengampunan.  Para  prajurit  pimpinan  Panglima  Lawuk  gembira
                  melihat peperang telah selesai. Mereka merayakan kemenangan.
                        Pangeran Indra berjalan ke arah orang-orang yang duduk di balkon. Ia
                  tampak sehat dan segar tanpa luka sedikit pun. Raja Syarif, para prajurit,
                  serta orang-orang yang duduk di balkon terheran-heran melihat pahlawan
                  barunya telah berhasil mengalahkan seorang raja yang jahat.
                        Belum selesai mereka menyaksikan ketakjuban itu, Pangeran Indra yang
                  tadinya berwujud sosok lelaki  buruk rupa tiba-tiba berubah menjadi sosok
                  pangeran yang gagah dan berparas menawan. Putri Mayang Sari terkesima
                  melihat kejadian itu. Ia langsung memeluk Pangeran Indra. Ia tak menyangka
                  kesatria buruk rupa yang telah menyelamatkannya itu tidak lain tidak bukan
                  adalah kekasihnya sendiri, Pangeran Indra.
                        Ayahandanya,  Raja  Syarif  ikut  bersukacita  melihat  pemandangan  itu.
                  Sorak-sorai penonton gemuruh. Seketika itu pula, rombongan menghampiri
                  Pangeran Indra ramai-ramai.
                        “Hidup Pangeran Indra! Hidup Pangeran Indra!” seru para pengawal
                  diikuti  pengisi  istana  merayakan  kemenangan  itu.  Suasana  pun  mendadak
                  ramai. Pasukan Gajah pun mundur dengan kekalahan.







                                                           43
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55