Page 8 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 8

PENGEMBARAAN SYEKH AKHMAD

                                                           1

                                      Syekh Akhmad dan Keluarga


                                                Pergi Merantau



                         Tanpa  berpikir  panjang  lagi,  Syekh  Akhmad  langsung  mengemas
                  barang-barangnya.  Tekadnya  sudah  bulat.  Pagi itu,  seusai  salat  Subuh,  ia
                  meminta anak-anaknya untuk segera bersiap-siap.
                        Ia  menemui  sahabatnya,  sesama  pengurus  masjid  dan  pengajian  di
                  Masjid Al-Madani, masjid terbesar di desa itu, yang sejak tadi menunggu di
                  rumahnya. Syekh Akhmad dan kedua anaknya pun berpamitan.
                        “Soleh,”  sapanya.  “Sudah  saatnya  kami  harus  pergi.  Kutitipkan
                  kepengurusan  masjid  ini  kepadamu.  Berbaktilah  engkau  kepada  umat.
                  Bimbinglah umat sesuai dengan aturan agama yang ada di Alquran dan hadis.”
                        “Pak Ustaz?” ucap Soleh terheran dengan apa yang ia sedang saksikan.
                        “Sudahlah,  Soleh,”  jawab  Syekh  Akhmad  seperti  tidak  mengharapkan
                  pertanyaan selanjutnya dari Soleh, murid kepercayaannya.
                        Soleh mengangguk saja. Meskipun berat karena akan ditinggalkan guru
                  kebanggaaanya, ia hanya bisa pasrah sambil berharap mereka bisa bertemu
                  lagi suatu saat.
                        “Baik, Pak Ustaz, saya akan berusaha sebaik mungkin. Mudah-mudahan
                  saya dapat meneruskan perjuangan umat,” jawab Soleh.
                        “Pak Ustaz,” kata Soleh lagi, ”kalau boleh saya tahu, hendak ke manakah
                  Pak Ustaz pergi?”
                        “Entahlah, Soleh,” jawabnya berat.
                        Setelah berkata demikian, Syekh Akhmad memberi salam kepada Soleh
                  sebagai tanda bahwa ia dan anak-anaknya akan segera pergi.
                          Pada waktu subuh itu juga Syekh Akhmad meninggalkan rumah. Mereka
                  pergi melalui pintu belakang. Hal itu sengaja dilakukan agar tak seorang pun
                  tahu kepergian  mereka, kecuali wakilnya.
                        Dalam waktu sekejap, bayangan Syekh Akhmad dan anak-anaknya tidak
                  terlihat lagi seperti ditelan cakrawala. Mereka telah pergi meninggalkan desa
                  dan tidak ada barang  berharga yang mereka bawa. Mereka hanya membawa
                  baju ganti seperlunya, pisau kecil, piring, Alquran, dan buku agama.
                        Sebagai  seorang  ayah,  Syekh  Akhmad  selalu  menyuruh  anak-anaknya
                  belajar  agama.  Jika  sudah  mampu  tentang  ilmu  agama,  mereka  disuruh
                  mengajar dan membagi ilmu agama kepada sesama.
                        Tanpa  menoleh  ke  kanan  atau  pun  ke  kiri,  mereka  terus  melangkah.
                  Mereka menuju Kampung Tapak Kuda, di daerah Langkat.
                        Syekh Akhmad adalah seorang laki-laki setengah baya.  Ia memiliki dua
                  orang anak yang masih kecil. Yang laki-laki bernama Abdul Rasyid, usianya






                                                            1
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13