Page 9 - Cerita Pengembaraan Syekh Ahmad
P. 9

dua belas tahun. Sementara itu, yang perempuan bernama Putri Aisyah masih
                  berusia delapan tahun.
                        Syekh  Akhmad  berasal dari  Kodah,  Tanah Semenanjung.  Dengan
                  menumpang  sebuah  perahu,  mereka  merantau  ke Selat  Malaka,  di Pantai
                  Timur  Pulau  Sumatra.  Mereka  meninggalkan  kampung  halamannya  karena
                  ingin melupakan rasa sedih yang mereka alami, ditinggalkan seorang istri dan
                  seorang ibu bagi anak-anaknya karena sakit.
                        Hari sudah sore dan cahaya sore itu sudah mulai redup. Syekh Akhmad
                  dan kedua anaknya mendatangi  rumah kepala desa untuk meminta izin dan
                  bermalam  di  kampung  itu.  Mereka  pun  diizinkan  bermalam  di  rumah  sang
                  kepala desa.
                        Keesokan  harinya,  pagi-pagi sekali  mereka  minta  pamit  kepada  sang
                  kepala  desa  untuk  melanjutkan  perjalanan.  Meskipun sang  kepala  desa
                  menawarkan  istirahat  lebih  lama,  Syekh  Akhmad  dengan  halus  menolak
                  tawaran itu. Ia berkeyakinan tujuan utamanya bukanlah di desa itu.
                        Perjalanan dilanjutkan. Kedua anaknya Abdul Rasyid dan Putri Aisyah
                  tampak patuh mengikuti arahan sang Bapak, sekaligus imam mereka. Syekh
                  Akhmad  tak  kenal  lelah  membimbing  kedua  anaknya.  Sesekali  ia  bercerita
                  sekadar  untuk  mengisi  waktu  perjalanan  tersebut  yang  cukup  melelahkan
                  untuk anak-anaknya yang masih kecil itu.
                        Langkah mereka kian lama kian gontai. Akan tetapi, untunglah, siang
                  itu  cuaca  tidak  terlampau  panas.  Bahkan,  beberapa  langkah  kemudian,  ia
                  merasakan  ada  kesejukan.  Semilir  angin  pun mulai  membelai  tepi  hutan.
                  Pepohonan yang tumbuh di tepi hutan itu telah memberikan keteduhan melalui
                  daun-daunnya yang rindang.
                        Tempat yang teduh dan sejuk itu membuat Syekh Akhmad dan kedua
                  anaknya  mendapat  kesegaran  baru.  Perlahan-lahan  semangatnya  mulai
                  bangkit  kembali.  Langkahnya  pun  tampak  menjadi  lebih  bergairah.  Ia  dan
                  anak-anaknya terus melangkah menyusuri hutan seolah-olah tanpa mengenal
                  lelah. Tanpa harus mengingat-ingat masa lalu.
                        Tidak  lama  kemudian,  sampailah  Syekh  Akhmad  dan  anak-anaknya di
                  tepi sebuah sungai. Betapa senang hati mereka.  Mereka sangat bersyukur
                  kepada Tuhan yang telah membimbing langkah mereka hingga ke tempat itu.
                  Sebuah tempat yang membuat mereka merasa lebih segar dan membangkitkan
                  semangat.
                        Sejenak diperhatikannya sungai yang mengalir di tengah hutan itu. Airnya
                  sangat jernih. Banyak batu yang ada di dasarnya terlihat dari tepi sungai.
                  Di  sisi  sungai  banyak  bunga  beraneka  warna  tumbuh  berjajar  menambah
                  keindahan tempat itu.
                        Syekh Akhmad masih berdiri di tepian sungai itu. Matanya tidak henti-
                  hentinya memandang kejernihan air sungai yang mengalir di depannya. Mereka
                  turun ke sungai dan meminum air sungai. Rasa haus yang mereka rasakan
                  sejak tadi perlahan hilang. Si sulung bahkan beberapa kali menenggelamkan
                  kepalanya menikmati kesejukan air itu. Terlihat olehnya beberapa ikan kecil
                  melintas. Sebuah pemandangan dalam air yang sangat indah.






                                                            2
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14