Page 14 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 14

KLINIK TABIB SENTANI








                    “Sudah  berapa  lama  saya  tidak  sadarkan  diri,  Bapak
            Tabib?” tanya laki-laki yang masih berwajah kuning pucat itu.


                    “Satu  purnama lebih,” jawab sang tabib  dengan sangat
            tenang sambil melihat perkembangan kesadaran Serunting.
            Sebelumnya, ia sudah  mengerahkan seluruh tenaga dalamnya
            untuk  memberi  kekuatan pada  tubuh  Serunting,  kemudian
            memberinya rebusan daun sadingin untuk menurunkan demam
            akibat infeksi tubuh yang terluka di bagian dalam itu.

                    “Satu  purnama?  Ya, Gusti … terima kasih, saya masih
            hidup. Terima  kasih, Bapak  Tabib  telah mengobati  saya. Siapa
            yang membawa saya kepada Bapak?”


                    “Nelayan.  Katanya,  engkau  hendak  ke Bukit  Siguntang
            dan ingin menebeng perahu Bahrun yang pulang bepergian lewat
            Sungai Lematang menuju Sungai Musi.”

                    “Ah, ya, ya, saya ingat sekarang, Bapak. Saya sedang terluka
            saat itu.”

                    “Lukamu sangat parah, Nak. Lambungmu  nyaris  pecah

            seperti dihancurkan, tetapi bukan karena tusukan atau menderita
            penyakit. Engkau habis bertarung?” kata Tabib Sentani.

                    Serunting mengangguk.




                                          8
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19