Page 19 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 19

Angin silir-semilir menjatuhkan  bunga kemuning
            dari  ketinggian yang mencapai enam meteran. Serunting
            memungutnya, mendekatkan bunga itu ke lubang hidungnya, dan
            mendapatkan wangi yang menentramkan.

                    Sambil  memperhatikan pepohonan, Serunting mencari
            tempat  bersemedi  yang  paling  aman  dan  tersembunyi. Ia
            memperhatikan semak belukar yang berbunga wangi. Ada daun
            pandan  yang paling  sering  dipakai para wanita  untuk digosok-
            gosokkan  pada  baju  mereka.  Selain  rumput-rumput  biasa,
            Serunting  juga  melihat  tumbuhan  semak  yang  daunnya  sangat
            keras dan bunganya wangi.


                    “Oh, ini rupanya tumbuhan yang dipakai untuk memoles
            senjata dari gading dan keris,” kata Serunting sambil mengingat-
            ingat nama daun itu, yang pernah didengarnya dari Ki Tapak Sakti,
            gurunya pada masa lalu dari tanah Banten.

                    Serunting tak  ingin terlena  dalam  kerimbunan Bukit
            Siguntang yang menyimpan kekayaan pepohonan. Ia berniat untuk
            meminta izin  kepada para leluhur yang dimakamkan di  bukit
            keramat itu. Ia merasa tidak berhak menikmati kelimpahan alam
            bukit itu, apalagi langsung melakukan semedi tanpa menghormati
            para leluhur.


                    Leluhur tersebut adalah  Dapunta  Hyang  atau Jyestha
            Dapunta Hyang, sang pendiri Kerajaan Sriwjaya, yang dimakamkan
            di Bukit  Siguntang.  Penduduk  Palembang  menamainya  si
            Gentar Alam. Ia dimakamkan bersandingan dengan dua makam
            pengawalnya,   Panglima  Bagus  Kuning  dan Panglima Bagus
            Karang.




                                         13
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24