Page 20 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 20

Serunting mulai duduk bersila dengan kepala menunduk

            takzim.  Telapak  tangannya terasa dingin. Suasana  di sekitar
            makam keramat itu membuatnya merasa sebagai manusia yang
            kecil.

                    “Ya, penguasa Bukit  Siguntang  dan yang  pernah jaya
            di Swarnadwipa  sampai ke sebarang  lautan  … duhai, Dapunta
            Hyang Rajasa Jayanaksa, hamba berterima kasih atas jerih payah
            Paduka pada masa lalu, membesarkan nama tanah kita ...,” seru
            Serunting.

                    Air  mata    Serunting    mulai   berurai.  Serunting
            membayangkan Dapunta  Hyang berjuang mendirikan Sriwijaya

            dan meluaskan wilayahnya. Demi  tujuan  itu, Dapunta Hyang
            beserta dua puluh ribu bala tentara melakukan siddhayatra atau
            perjalanan suci dari Minanga menuju Matajap dengan naik perahu.

                    “Paduka, berilah hamba keberanian dan kekuatan seperti
            Tuan ... izinkan hamba mengambil kekuatan di Bukit Siguntang
            ini. Izinkan hamba belajar ....”


                    Sebagai pendekar, Serunting tidak hanya mengandalkan
            kekuatan fisik. Meskipun termasuk rakyat biasa, ia mempelajari
            juga sejarah negerinya.

                    Setelah  mendatangi  makam  Dapunta  Hyang,  Serunting
            bersembahyang di  hadapan patung  sang Buddha di  bukit  itu.
            Ia  melakukannya  sekejap,  tetapi  khusyuk.  Kemudian,  ia  pun
            mendapatkan tempat yang terlindungi untuk bersemedi. Pohon
            meranti itu menarik perhatiannya. Dengan sekali lompatan ia telah
            berada di atas pohon meranti setingi tiga puluh meter (ada kayu



                                         14
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25