Page 22 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 22

sadari, anak-anak  bambu  di sekelilingnya  pun  telah  merimbun,

            meninggi, dan menutupi  tubuhnya. Serunting sendiri  sudah
            terlihat hampir seperti anak-anak bambu andaikan ada orang lain
            yang melihatnya.

                    Genap tiga  puluh  enam purnama Serunting  merasakan
            sesuatu  yang  sangat  sakit  di lidahnya.  Ia  biasanya  dapat
            menguatkan  diri ketika  sedang  dalam  pertapaan.  Akan  tetapi,
            kali ini lidahnya sangat kelu, pahit tiada terkira. Saking kelunya,
            tubuh  Serunting pun menjadi kaku, lalu  mengejang. Ia hampir
            ambruk. Langit menghitam. Angin yang bertiup sangat kencang
            menghempas tubuh  Serunting  dari rumpun  bambu.  Serunting
            jatuh  terpelanting  dalam  keadaan  bersila.  Gerisik  bambu
            berdenyit-denyit. Serunting merasa mendengar suara siut angin,

            tetapi seperti suara manusia.

                    “Serunting ... Serunting ...!”

                    Pendekar itu tidak saja merinding, tetapi juga merasakan
            suhu tubuhnya sangat dingin.


                    “Serunting ... lidahmu berbahaya ... berhati-hatilah ...!”

                    Serunting semakin menggigil. Ia menangkap suara itu, lalu
            jatuh pingsan.















                                         16
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27