Page 30 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 30

“Syukurlah  kalau  Semidang ini aman.  Banyak  pedagang
            akan suka singgah di sini. Kampung  ini akan ramai,  itu  bagus
            untuk kemajuan Semidang.”


                    Serunting benar-benar dapat meyakinkan prajurit jaga itu
            bahwa dirinya pedagang. Tidak berapa lama orang-orang mulai
            tertarik pada lapak Serunting. Mereka mulai menawar kain-kain
            sarung yang  dibawa Serunting dari  Kota Palembang.  Serunting
            sengaja tidak menghabiskan kain-kainnya hari itu. Ia menyimpan
            untuk persediaan Putri Melur yang siapa tahu esok mendengar
            tentang lapak baru di pojok rumahnya itu, lalu ia akan membeli.

                    Langit sore  masih  berpendar  merah kekuningan ketika
            serombongan  perempuan  diiringi  tiga  prajurit  tampak  akan

            memasuki  rumah  Putri  Melur.  Dari  kejauhan  Serunting  sudah
            dapat mengenali satu di antara mereka.

                    “Ayo ... ayo! Dijual kain Palembang … akan segera habis!”
            teriak Serunting,  sengaja  mencari perhatian.  Para  perempuan
            tersebut segera menuju lapak Serunting. Mereka sangat sukacita
            membeli kain-kain itu.

                    “Ini berapa?” tanya Melur.


                    “Perempuan ini tidak berubah parasnya, tetap cantik
            dengan dandanan yang lebih mencolok,” pikir Serunting.

                    “Tidak usah beli, Tuan Putri, istri Tuan Setangkai yang kaya
            raya. Saya punya yang paling bagus untuk Putri,“ jawab Serunting.

                    Serunting  mengeluarkan  sarung  yang  paling  indah,
            berwarna merah dan bersulam benang emas. Orang menyebutnya
            kain songket. Wajah Melur berbinar-binar setengah tak percaya.


                                         24
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35