Page 36 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 36

PERTEMUAN PERTAMA DUA PENDEKAR SAKTI









                    Serunting sedang membangun kehidupannya yang baru di
            Pasemah, di sebuah lembah di tepi Sungai Enim. Ia membangun
            rumah panggung  kecil dari  bambu  yang dinding-dindingnya
            dianyam  sendiri.  Agar berseni ia  mengecat  dan  menghaluskan
            anyaman  bambu  itu  dengan menggunakan  pernis.  Bambu
            pernisan tidak hanya ia gunakan untuk dinding rumahnya, tetapi
            juga untuk  penyangga, bingkai jendela dan pintu,  lantai, langit-
            langit, dan kerangka atap.


                    Ketika  tinggal  di Semidang, Serunting  pernah belajar
            menganyam dan membuat  kerajinan  dari  bambu,  termasuk
            melubangi seruling. Pekerjaan sehari-hari Serunting di Pasemah
            adalah membuat kursi, dinding, dan kerajinan lain, kemudian ia
            jual. Bambu-bambu dipilihnya dari jenis bambu apa pun, kecuali
            bambu  berwarna  kuning.  Meskipun  sangat  menyukai  warna
            kuning, ia tidak boleh memilihnya karena saat pertapaan di Bukit
            Siguntang, ia dianugerahi kesaktian lidah dengan satu pantangan,
            yaitu bambu kuning jangan sampai mengenai tubuhnya.


                    Meskipun  rumah  itu  kecil,  Serunting  menyediakan
            beranda yang luas sebagai ruang tamu untuk orang-orang yang
            bertandang  ke rumahnya.  Orang-orang  yang  berniat baik  dan
            ingin belajar dengan sungguh-sungguh ilmu bela diri diterimanya
            sebagai murid.




                                         30
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41