Page 43 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 43

sebelum  kembali  sehat dan  bertapa  di Bukit  Siguntang.  Itu

            pendekar yang kaumaksud, Batara. Serunting, yang nyaris tewas
            dipecundangi Rie Tabing.”

                    Batara terkejut sang guru telah mendapat informasi lebih
            banyak lagi.

                    “Aku ingin berkenalan dengannya. Tuliskan pesanku dan
            kirimkan kepadanya di Pasemah, Batara!”


                    Batara membungkukkan badannya.

                    “Saya laksanakan, Guru.”

                    Batara merasa sangat beruntung diberi tugas mengantar
            surat kepada Serunting oleh gurunya. Matanya yang bulat jernih
            berbinar-binar. Dengan demikian,  surat  itu  menjadi alasan
            baginya  untuk  dapat  bertemu  langsung  dengan  si Pahit  Lidah
            yang tersohor. Ia mendengar konon  para pendekar sangat sulit
            bertemu dengan Serunting. Sejak  kabar  kesaktian  Serunting

            tersiar di mana-mana banyak pendekar sengaja mencari gara-gara
            untuk dapat bertemu dan bertarung dengan si Pahit Lidah. Kini
            Serunting hidup lebih sering dengan perkelahian yang akhirnya
            memunculkan banyak  dendam dan rasa penasaran di kalangan
            pendekar golongan  putih  dan golongan  hitam  jika  salah  satu
            kawan atau saudara seperguruan mereka dikalahkan,  apalagi jika
            sampai dikutuk menjadi batu.

                    Batara kini sudah berhadapan langsung dengan Serunting
            tanpa harus bersusah payah. Jantungnya berdegub kencang. Ia lebih
            banyak menundukkan wajah meskipun sangat ingin mengamati




                                         37
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48