Page 44 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 44

sebaik mungkin mimik si Pahit Lidah dan gerak tubuhnya. Hanya

            itu  keinginan  Batara.  Tidak ada sama  sekali  keinginan hatinya
            untuk menjajal kesaktian Serunting. Tentu ia merasa sama sekali
            bukan lawan tanding Serunting. Namun, ia berharap si Pahit Lidah
            mau  melakukan  adu  kesaktian  dengan  gurunya,  Mata  Empat,
            dan ia ingin menyaksikan kehebatan keduanya. Menurut Batara,
            pertandingan  itu  tidak  saja  akan  menjadi sangat  seru, tetapi
            sekaligus indah.

                    Dalam penilaian Batara, Serunting adalah sosok pendekar
            yang tampan, jauh lebih tampan daripada gurunya, Mata Empat.
            Serunting  berwajah  lonjong  dengan  tulang  pipi  yang  tinggi,
            bermata bulat, dan berhidung  mancung dengan ujung yang
            meruncing. Serunting berperawakan tinggi, tidak gempal seperti

            umumnya para pendekar, cenderung langsing, tetapi terlihat gesit.
            Kulitnya terang meskipun sebagai pendekar ia banyak melakukan
            perjalanan di bawah sengatan matahari. Serunting berpenampilan
            biasa dengan hiasan ikat kepala di rambutnya yang ikal sepundak,
            rompi tanpa kancing, dan kalung bermata batu warna hitam.

                    Serunting tersenyum membaca  surat berisi  tantangan
            pertandingan mengayuh perahu di Sungai Musi. Pembawa surat
            itu, pemuda yang cakap, sudah beristirahat di bilik yang disediakan
            Serunting untuk para tamu jauh.

                    Saya, Pendekar Mata Empat dari Perguruan Mata Empat

            di  tepi  Sungai  Musi,  Palembang,  mengundang  Yang  Terhormat
            Tuan Pendekar Serunting atau si Pahit Lidah untuk sudi kiranya
            bermain-main sampan di anak Sungai Musi terdekat di Palembang.





                                         38
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49