Page 51 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 51

“Siapa?”

                    “Jadilah batu temanmu di bawah pohon itu!” kata si Pahit
            Lidah dengan suara menggelegar. Tanah tempat mereka berpijak
            bergoyang seperti terjadi gempa. Tubuh pemanah yang telah jatuh
            dari pohon itu mengepul. Ia pun menjadi batu.


                    Batara  ternganga  dengan  wajah  seputih mayat. Para
            pengeroyok itu terpaku dengan kaki yang lemas.

                    “Ini  hadiah untuk  Rie Tabing  yang  tidak  bosan-bosan
            membuat perkara!”

                    Saat  satu  purnama  menjelang  pertandingan mengayuh
            sampan  itu,  Serunting  maupun  Mata  Empat  sudah  menyiapkan

            perahu yang terbaik dan terkuat menurut mereka.

                    Mata Empat memesan perahu yang terbuat dari balok kayu
            rengas yang dilubangi bagian tengahnya, lalu diberi balok-balok
            kecil dari kayu jenis slumer yang dinamai buayan yang berguna
            sebagai tempat dudukan. Seminggu saja perahu Mata Empat sudah
            jadi dengan ukuran panjang tiga puluh depa dan tebal tiga jengkal.
            Dayung yang dipesannya sepanjang tiga depa dan daunnya lima
            hasta terbuat dari kayu merawan. Ia membuat dayung dua buah.
            Mata Empat sangat yakin perahu itu akan sangat kuat diduduki
            oleh dua  pendayung  yang  akan  mendayung  satu  perahu, tetapi
            berlawanan arah.


                    Perahu pancalang  yang  digunakan Serunting untuk
            berlatih ia sewa dari  pemilik perahu yang sering digunakan sebagai
            transportasi yang  membawa  pedagang  dan  barang-barangnya






                                         45
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56