Page 55 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 55

Dua  orang  di  tepi sungai  yang  dibawa  oleh pendekar
            masing-masing menjadi saksi pertandingan itu.


                    “Nah,  sekarang  boleh  pilih  ke mana  engkau  akan
            mendayung, Mata Empat? Ke hilir atau ke hulu?”

                    “Engkau bisa lihat sendiri, Serunting, arus sungai ini deras
            sekali. Untuk kemudahan engkau mendayung, dayung saja ke arah
            hilir mengikuti  arus, sedangkan  aku memilih ke hulu, melawan
            arus,” kata Serunting sambil tersenyum kecil. Mata Empat mungkin
            pura-pura  tidak  tahu,  bahkan  Serunting  terbiasa  melawan  arus
            sungai berjeram yang airnya deras sekali.


                    “Baiklah  kalau  begitu.  Bagiku  ke hulu  maupun  ke hilir
            sama saja, tak menjadi persoalan,” kata Serunting.

                    Mata Empat duduk di atas perahu bagian hulu, sementara
            Serunting  duduk  di atas  perahu  bagian  sebaliknya.  Sebelum
            aba-aba  dimulai,  keduanya  terdiam  sejenak.  Mata  Empat
            menundukkan kepala melihat ke dasar sungai yang jernih airnya.
            Serunting menengadah ke angkasa melihat bulan purnama yang
            bulat  sempurna, langit  yang begitu  jernih,  dan bintang-bintang
            yang cemerlang. Setelah itu, pertandingan pun dimulai.


                    Secara bersamaan dayung mereka jatuh ke air. Sudah
            diduga sebelumnya oleh penonton, dua nelayan yang dibawa
            Serunting dan dua murid Mata Empat, Batara dan Reka, bahwa
            suara  dayung mereka  yang  menyibak  air akan  menimbulkan
            bunyi yang  sangat  memekakkan  telinga.  Air yang  tersibak  pun
            melambung  setinggi  pohon  rengas.  Empat  penonton  itu  segera
            menyelamatkan diri, naik ke tempat yang paling tinggi. Tak lama





                                         49
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60