Page 56 - Pertarungan Terakhir Seri 1
P. 56

kemudian seluruh pinggiran sungai digenangi air yang menjulang

            seperti air bah berwarna kuning lumpur. Reka dan Batara, yang
            naik sampai ke tebing sungai yang paling atas, tak dapat berkata
            apa-apa lagi. Baru kali ini dalam hidup mereka bertemu dengan
            air setinggi itu yang diakibatkan oleh tenaga dua manusia perkasa.

                    “Aku tidak akan melupakan pertandingan ini  seumur
            hidupku, Reka.”

                    “Aku juga, Kakak. Pertandingan ini akan kuceritakan kelak
            kepada  anak  cucuku.  Dua pendekar itu  sungguh  tangguh,  luar
            biasa. Aku tidak berani bertaruh seandainya engkau mengajakku
            bertaruh menebak siapa yang menang di antara mereka. “


                    “Ya, benar, Reka. Aku kira sebentar lagi banyak penduduk
            kampung  berbondong-bondong menyaksikan apa yang terjadi.
            Kalau mereka muncul, kita harus mengingatkan mereka, jangan
            dekat-dekat sampai di pinggir sungai.”

                    “Betul, Kakak.”


                    Keempat  penonton itu  tidak  dapat  melihat  perahu
            mereka lagi yang sudah bersatu dengan gelombang. Mereka ingin
            mendekat, tetapi takut sewaktu-waktu air bah kembali mengguyur
            ke darat. Sentuhan dayung dengan perahu sambung-menyambung
            menimbulkan bunyi bergemuruh yang  terus  menerus  seperti
            suara gelombang raksasa yang turun dari gunung atau dari laut
            naik ke darat. Di dalam air perahu itu sama sekali tidak bergerak,
            baik ke hulu maupun ke hilir, seperti terpaku di dasar sungai.

                    Mata  Empat  dengan  kelebihan  indra  sepasang  mata  di
            bagian belakang kepalanya mengamati kapan kiranya Serunting


                                         50
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61