Page 15 - Cerita Petualangan Baron Sakender
P. 15

Begawan  Mintuna  dapat  memahaminya  alasannya.  Begawan  Mintuna

                  menerima  karena  sebenarnya  Begawan  Mintuna  juga  sudah  mengetahui
                  bahwa istri Baron Kawitparu telah disingkirkan dan tinggal di rumah yang

                  berbeda.
                       Di antara anak-anak Baron Kawitparu, yang terlihat gagah dan rupawan

                  adalan  Baron  Sakender.  Selain  gagah,  Baron  Sakender  juga  lebih  pandai
                  dan  terampil  dalam  bermain  pedang.  Oleh  karena  itu,  Begawan  Mintuna

                  memilihnya  untuk  dijadikan  anak  angkat.  Baron  Kawitparu  tidak  dapat
                  menolak karena sebelumnya sudah disepakati bahwa jika Begawan Mintuna

                  menginginkan  seorang  anak,  itu  adalah  atas  pilihan  Begawan  sendiri  dan
                  tidak dapat ditolak. Ken Manikhara sangat berat berpisah dengan anaknya.

                  Namun, ia tidak dapat menolak karena semua sudah disepakati.
                       ”Ibu, tidak usah khawatir dengan kepergian saya. Sebagai tanda, saya

                  berikan sebuah cincin. Bila cincin ini berwarna buram, itu pertanda bahwa saya
                  sedang sakit. Jika cincin ini matanya terlepas atau hilang, itu menandakan saya

                  sudah meninggal dunia,” ujar Baron Sakender dengan lembut.
                       “Anakku, berat hati Ibu melepas kepergianmu. Namun, semua ini tidak

                  dapat ditolak karena sudah diatur oleh ayahmu.  Pesan Ibu, jagalah dengan
                  baik kesehatanmu dan bersikaplah hati-hati dalam berucap dan bersikap agar

                  tidak menimbulkan petaka,” ucap Ken Manikhara
                       Baron  Sakender  terharu  dan  menitikkan  air  mata  mendengar  ucapan

                  ibunya. Rasa sayang dan hormat terhadap ibunya semakin besar dan terasa
                  sangat sulit untuk berpisah dengan ibunya. Namun, karena Begawan Mintuna

                  telah menunggu di depan pintu rumah, ia  pun mencium tangan ibunya dan
                  memeluknya dengan penuh kasih sayang.























                                                           8
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20