Page 52 - Cerita Petualangan Baron Sakender
P. 52

Keinginan  yang  tiba-tiba  muncul  dari  dalam  hati  Baron  Sakender

                  diungkapkan  kepada  istrinya  yang  datang  sambil  membawa  secangkir
                  minuman untuk suaminya.

                       “Dinda, andaikan suatu ketika nanti Kanda mempunyai keinginan untuk
                  berkunjung ke Pulau Jawa, apakah Dinda mengizinkan Kanda?” ungkap Raja

                  dengan hati-hati. “Kanda hanya berencana saja. Seandainya Dinda kurang
                  setuju, Kanda akan mengurungkan rencana dan niat untuk pulang ke Pulau

                  Jawa.”
                       Sang  istri  yang  mendengar  secara  tiba-tiba  penuturan  suaminya

                  bagai tersengat lebah. Badannya terasa bagai sakit tertusuk duri yang luar
                  biasa. Duri-duri itu seakan menyengat ke ulu hati hingga Permaisuri duduk

                  terkulai lemah di bangku taman yang berada di dekatnya. Dalam benak sang
                  Permaisuri ucapan Raja dapat menandakan bahwa suatu ketika nanti Raja

                  pasti akan pulang kembali ke Pulau Jawa.
                       “Kanda, apakah keinginan itu dapat diurungkan atau ditunda saja? Saya

                  khawatir andai Kanda pergi meninggalkan kerajaan akan terjadi kegaduhan
                  sehingga dapat menimbulkan malapetaka,” ungkap Permaisuri dengan suara

                  terbata-bata.
                       “Kerajaan  sangat  memerlukan  uluran  dan  pikiran  Kanda  agar  dapat

                  berjalan  sesuai  dengan  keinginan  Ayahanda  dan  rakyat.  Rakyat  sangat
                  berharap banyak kepada Kanda. Saya mohon Kanda berpikir dengan hati-hati

                  dan bijaksana.”
                       Ucapan-ucapan   yang mengalir  bagai  air dari  mulut  Permaisuri

                  membuat hati Raja luluh. Baron Sakender tidak menduga jika istrinya sangat
                  memikirkan  kelangsungan  hidup  kerajaan  dan  rakyatnya.  Tanggung  jawab

                  yang  diembannya  untuk  bekerja  membuat  rakyat  hidup  dengan  adil  dan
                  sejahtera ternyata dapat dipikirkan bersama istrinya.

                       “Sungguh,  Dinda,  Kanda  hanya  berucap  dan  berencana  saja.  Jika
                  rencana itu terlaksana, pasti tidak dalam waktu sekarang ini. Kanda tetap

                  mengutamakan kelangsungan hidup kerajaan ini lebih dahulu. Kanda bahagia
                  karena ucapan Dinda tadi. Dinda  adalah perempuan yang cerdas dan berhati

                  mulia. Kanda akan ikuti ucapan Dinda. Lebih baik sekarang kita mulai bekerja





                                                            45
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57