Page 18 - Ayam Jantan dar Timur
P. 18

“Mengapa  tiba-tiba  Ayah berkata  seperti  ini?” tanya La

            Tinulu.

                    “Ayah dan Ibu sudah beranjak tua, dan kami sudah mulai
            sering tidak enak badan. Kamu tahu sendiri bahwa semua orang
            pada akhirnya akan meninggal. Jadi, Ayah memanggilmu kali ini
            akan mengatakan sesuatu hal yang penting, sebelum ajal menimpa
            kami.”

                    “Masalah apakah yang akan Ayah katakan? Apakah Ayah
            dan Ibu mempunyai piutang terhadap orang lain?” tanya La Tinulu
            kepada ayahnya.


                    “Tidak begitu, La Tinulu. Ayah dan ibu tidak punya piutang
            terhadap orang lain. Ketahuilah olehmu bahwa Ayah menyimpan
            harta untuk  bekal  hidupmu. Ada tiga peti ringgit perak  yang
            kami tanam  di dekat  tiang  rumah ini. Uang  ringgit dalam  peti
            itu  tidak  boleh engkau  habiskan,  kecuali  untuk  menuntut  ilmu
            pengetahuan.”

                    Tidak lama  berselang, kedua orang tua  La Tinulu itu

            meninggal  dunia. La Tinulu  tinggal  sebatang  kara. Hidupnya
            tanpa  siapa-siapa.  Pada suatu  malam,  saat La Tinulu sendirian
            merenungi nasib tanpa orang tua atau sanak saudara, teringatlah
            pesan  kedua  orang  tuanya.  Ia  akan  melaksanakan  pesan  kedua
            orang tuanya, yaitu jangan menghabiskan harta peninggalan kalau
            tidak untuk ilmu pengetahuan.

                    Keesokan harinya La Tinulu menggali harta peninggalan
            orang tuanya. Diambilnya beberapa  genggam uang  ringgit dari
            peti lalu  dimasukkan  ke dalam  pundi-pundi. Kemudian peti



                                         13
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23