Page 22 - Ayam Jantan dar Timur
P. 22

“Uang, Nek. Uang yang ditinggalkan orang tua saya yang

            harus saya gunakan untuk membeli ilmu. Saya bermaksud mencari
            ilmu pengetahuan,” sahut La Tinulu.

                    Berkata orang tua itu, “Saya mempunyai ilmu pengetahuan.
            Dengarkanlah baik-baik! Kalau ada seseorang yang mengharapkan
            kehadiran kita,  jangan sekali-kali ditolak  maksudnya. Jangan
            sekali-kali menolak maksud baik orang lain.”

                    “Ya, Nek. Terima kasih. Ambillah uang ini,” kata La Tinulu
            sambil menyerahkan semua uang yang dibawanya kepada nenek
            itu. Ia pun segera bergegas pulang ke rumahnya.


                    Walaupun La Tinulu tidak mempunyai uang lagi, ia merasa
            senang karena telah  mempunyai ilmu  pengetahuan  yang  akan
            menjadi bekal hidupnya. Dinikmati hidupnya sehari-hari dengan
            mengamalkan ilmu yang telah didapatnya. Hidupnya bahagia tak
            kurang suatu apa. Dengan ilmunya itu dia merasa telah mematuhi
            apa yang dipesankan kedua orang tuanya.

                    La Tinulu merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya.

            Ia ingin perubahan pada kehidupannya. Ia ingin menambah
            pengetahuan dan juga mengamalkan ilmunya di tempat lain.

                    Pada suatu  pagi,  diambillah  keputusan.  Dia akan  pergi
            mengembara. Pagi-pagi  sekali dia mulai  berjalan  meninggalkan
            rumahnya.  Perjalanannya  tanpa  tujuan,  hanya mengikuti  gerak
            hati.  Panas  dan  dingin tidak  diindahkan,  hujan  dan  terang
            dijalaninya  juga.  Di tengah jalan  dia bertemu dengan  seorang
            perempuan yang menggendong seonggok kayu di punggungnya.
            La Tinulu bertanya.



                                         17
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27