Page 38 - Ayam Jantan dar Timur
P. 38

kadang  ikut  mendengarkan  inang  pengasuh bercerita kepada I

            Sani dan I Mallombassi. Mereka duduk di halaman di bawah pohon
            trembesi di belakang istana Sultan Malikussaid.

                    “Ceritakan lagi tentang anak yang saudaranya banyak itu,”
            kata I Sani kepada inang pengasuih.

                    “Baik, Tuanku,” kata inang pengasuh. Lalu inang pengasuh
            mulai bercerita.


                    Tersebutlah,  ada  enam  laki-laki  bersaudara.  Kedua
            orang tua mereka sudah meninggal. Mereka meninggalkan harta
            warisan sejumlah  lima  petak  sawah.  Kelima  petak  sawah  itu
            menjadi rebutan  enam  bersaudara.  Masing-masing  berkeras
            ingin memiliki sawah. Terjadilah pertengkaran antara mereka.
            Sudah sehari penuh mereka bertengkar, tetapi tidak ada yang mau
            mengalah.

                    Berkatalah anak yang paling tua.


                    “Begini saja, kita tidak usah bertengkar, kita bertanding
            bicara saja. Siapa yang paling unggul, dialah yang memiliki semua
            sawah itu. Tidak ada gunanya kita bertengkar terus begini.”

                    Mereka menyetujui  apa  yang dikatakan anak  tertua.
            Sesudah membicarakan cara penyelesaian itu, mereka bersepakat
            mengatakan bahwa anak paling tua yang memulai pertandingan.
            Berkatalah anak yang paling tua.


                    “Pada  suatu  hari, saya  pergi ke hutan.  Di dalam  hutan,
            saya menemukan pohon yang besar sekali.  Begitu  besarnya,
            sampai  saya  harus memerlukan  waktu  sehari  semalam  untuk


                                         33
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43