Page 48 - Ayam Jantan dar Timur
P. 48

Dengarlah!” Lalu Karaeng Patingalloang berkisah.


                    Pada  zaman  dahulu  sebelum  kedatangan  Tomanurung,
            terdapatlah  sebuah  tempat, sebuah bukit  yang  indah diliputi
            pepohonan dan tanaman.  Tempat  itu  adalah  sebuah wilayah
            Kerajaan Gowa. Pada masa itu, terdapat sembilan pemerintahan
            otonom yang  disebut Bate Selapang.  Wilayah  yang  otonom itu
            adalah  Tombolo, Laklung,  Parang-parang,  Data,  Agang  Jekne,
            Bissel, Kalling, dan Serro.

                    Pada awalnya, sembilan wilayah itu hidup secara damai.
            Mereka saling menghormati satu dengan yang lain.  Kehidupan
            mereka berjalan dari waktu ke waktu tanpa perselisihan. Setiap

            keluarga mempunyai kesibukan  masing-masing. Sang  suami
            sebagai kepala  keluarga  pergi ke sawah pagi  hari. Si istri di
            rumah mengurus anak. Tidak hanya itu, mereka juga mempunyai
            beberapa  hewan  ternak,  yaitu  sapi, kerbau,  kambing,  atau  pun
            ayam. Hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan cukup untuk
            kebutuhan  hidup. Para istri menenun setelah selesai mengurus
            rumah dan hasilnya juga dapat membantu ekonomi keluarga.

                    Kehidupan yang serba  berkecukupan  itu menimbulkan
            persaingan.  Mereka  saling  bersaing agar kaya.  Pada  akhirnya,
            perselisihan sering terjadi. Keadaan  masyarakat  yang  tidak
            tenang memengaruhi sumber kehidupan mereka. Mereka sering
            bertengkar hanya karena berebut air saat di sawah. Perempuan

            bertengkar karena anak  mereka. Masyarakat benar-benar
            merasa  tidak  tenang  dalam  hidup. Kemarahan,  iri hati,  dan
            kecurigaan  terhadap orang lain  menjadikan  ketidaknyamanan.





                                         43
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53