Page 56 - Ayam Jantan dar Timur
P. 56

Gowa  terbagi  menjadi Kerajaan  Gowa  dan Kerajaan  Tallo’.

            Demikian riwayat nenek moyang I Mallombassi yang diceritakan
            oleh Karaeng Patingalloang.

                    ”Kuharapkan  Tuanku  ingat cerita ini. Cerita asal  nenek
            moyang Kerajaan Gowa,” kata Karaeng Patingalloang.

                    “Iya, Paman. Silsilah itu menjelaskan bagaimana Kerajaan
            Gowa ini berada,” jawab I Mallombassi.


                    Karaeng Patingalloang melanjutkan ceritanya.

                    Dituturkan bahwa raja Gowa berikutnya bernama Daeng
            Maatanre Karaeng  Manguntungi.  Raja  ini menyatukan  dua
            kerajaan, yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Tallo’. Daeng Maatanre
            menjadi raja gabungan dan Raja Tallo’ menjadi Mangkubumi.

                    Gabungan Gowa-Tallo’ sering  disebut sebagai Kerajaan
            Makassar. Pada tahun 1525 dibangunlah benteng Somba Opu dari
            tanah liat. Di dalam benteng tersebut dibangun istana kerajaan.

            Perdagangan begitu maju. Kemajuan kerajaan sangat pesat. Raja
            mengangkat syahbandar pada tahun 1538, yaitu Daeng Pammate.
            Ibu kota kerajaan berada di Kota Raja Somba Opu.

                    Pada  masa  Alauddin,  banyak  rakyat  kerajaan  Gowa
            memeluk  agama  Islam.  Raja  Gowa  bergelar  sultan.  Sultan
            Alauddin  tetap  mempertahankan  hubungan  baik  dengan
            penganut  agama Kristen. Orang-orang Portugis  berhubungan
            baik  dengan Sultan  Alauddin. Beliau  mengatakan kepada orang
            asing bahwa, “negeriku terbuka bagi semua bangsa. Apa yang saya






                                         51
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61