Page 59 - Ayam Jantan dar Timur
P. 59

Portugis  bernama Fransisco Viera. Juga dengan Figheiro untuk

            berdagang.

                    Karaeng Patingalloang  berhasil mengembangkan dan
            meningkatkan  perekonomian  dan perdagangan Kerajaan  Gowa.
            Di  Kota Raja  Somba  Opu  banyak  diperdagangkan kain sutra,
            keramik  Cina, kain  katun  India, kayu  Cendana Timor,  rempah-
            rempah Maluku, dan intan berlian Borneo. Para pedagang Eropa
            yang datang ke Makassar biasanya membawa buah tangan yang
            diberikan  kepada  pembesar dan bangsawan  di Kerajaan  Gowa.
            Buah tangan itu kerap kali juga disesuaikan dengan pesan yang
            dititipkan ketika mereka kembali  ke tempat  asalnya. Karaeng
            Patingalloang ketika diminta buah tangan apa yang diinginkannya,
            jawabnya adalah buku. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

            Karaeng Pattilangoang memiliki banyak koleksi buku dari berbagai
            bahasa.  Karaeng Patingalloang  adalah  sosok  cendekiawan yang
            dimiliki oleh kerajaan yang dinamai Makassar itu.

                    I Mallombassi begitu bangga pada Karaeng Pattollangoang.
            Ketika I Mallombassi semakin dewasa ia  mengetahui ada seorang
            penyair Belanda  yang  memuji kecendekiawanan Karaeng
            Pattillangoang.

                    “Paman hebat, orang  Belanda itu mengagumi Paman,” kata
            I Mallombassi pada suatu ketika kepada Karaeng Patingalloang.


                    “Namanya Joost van den Vondel, Tuanku,” kata  Karaeng
            Patingalloang.

                    “Iya, saya hapal  syair yang dibuatnya “Wiens aldoor
            snuffelende brein, Een gansche wereit valt te klein”. Yang artinya,



                                         54
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64