Page 47 - Cerita Puan dan Si Taddung
P. 47

pernah bisa mengingat sentuhan kasih sayang seorang
            bapak karena bapaknya meninggal ketika ia masih bayi.

                 Taddung  merasakan  kedamaian  dan  kesejukan
            di rumah  gubuk  itu.  Ia  sudah  pulih  dari  pingsan.  Ia

            kembali segar. Ia sangat berterima kasih kepada kakek
            yang menolongnya itu.

                 “Tidak perlu berlebihan, Nak. Itu sudah kewajiban
            kita, sesama manusia, untuk tolong-menolong.”

                 Taddung terkesima pada kebaikan hati kakek itu.
            Mereka  kemudian  bercakap-cakap  dengan  akrab.

            Keakraban itu tak ubahnya seperti keakraban seorang
            kakek dengan cucu kandungnya sendiri.

                 Kakek  itu  banyak  bercerita  tentang  kehidupan
            dan budi pekerti manusia. Kakek itu juga memberikan

            banyak ilmu dan mengajarkan falsafah kepada pemuda
            yang baru ditolongnya itu.

                 Dalam beberapa hari mereka terlibat dalam cerita
            dan percakapan yang mengasyikkan. Sambil bercakap-

            cakap  dan  menularkan  ilmunya,  kakek  itu  selalu
            memijit-mijit badan Taddung sehingga Taddung makin

            terlihat segar dan pulihlah segala keletihannya.




                                          39
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52