Page 10 - Putri Ringin Kuning
P. 10

“Terima kasih, Paman,” jawab permaisuri.

                  Perkataan tabib istana itu memang benar. Secara berangsur-
            angsur raja mulai sembuh. Namun, setelah kejadian itu, ia berkali-

            kali menyebut nama Galuh Gagalang. Hal itu membuat Nyai Ciciri,
            permaisuri raja itu, merasa heran dan curiga. Ia tidak tahu siapa

            Galuh  Gagalang  yang  disebut-sebut  itu.  Selama  ini ia  merasa
            belum pernah mengenal nama itu, tetapi mengapa nama itu selalu

            disebut-sebut oleh suaminya?.
                  Hari-hari  berikutnya  sang  raja  mulai  tampak  kasmaran

            kepada Galuh Gagalang. Sampai-sampai permaisurinya pun sering

            dilupakan. Padahal, saat itu permaisuri sedang mengandung.
                  Berita mengenai keadaan raja yang kasmaran dengan Galuh

            Gagalang mulai menyebar di kalangan kerabat istana. Tanpa bisa
            ditutupi,  berita  itu  pun  kemudian tersebar pula  di luar  istana.

            Akhirnya, hal itu menjadi gunjingan masyarakat. Galuh Gagalang
            pun kemudian mendengar berita itu. Gadis penyihir itu merasa

            kegirangan. Ia tertawa terbahak-bahak.

                  Gadis penyihir itu merasa bahwa tidak lama lagi keinginannya
            akan  tercapai. Hatinya  pun berbunga-bunga.  Harapan  Galuh

            Gagalang  tampaknya  memang  tidak  sia-sia. Hal  itu  terbukti
            beberapa  saat  kemudian ada  beberapa  orang  kerajaan  yang

            datang ke gubuknya di tepi hutan. Mereka adalah para utusan raja.

                  “Permisi, Nyai. Apakah betul andika ini Nyai Galuh Gagalang?”
            tanya salah seorang utusan raja itu.



                                          4
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15