Page 21 - Putri Ringin Kuning
P. 21
“Paham, Gusti,” jawab para pengawal itu serentak.
Untuk mengelabuhi raja, jika sudah pulang, Galuh Gagalang
mengerahkan seluruh kesaktiannya. Ia kemudian bersemadi
dengan disaksikan oleh para pengawal dan dayang-dayangnya.
Tangannya bersedekap di dada. Matanya terpejam dan bibirnya
tampak komat-kamit mengucapkan mantra-mantra. Tidak lama
kemudian dari dalam tubuhnya keluar asap putih. Makin lama
asap itu makin tebal sehingga seluruh tubuh Galuh Gagalang
diliputi oleh asap. Sesaat kemudian, sedikit demi sedikit, asap
itu pun menghilang. Bersamaan dengan menghilangnya asap itu,
Galuh Gagalang telah berubah menjadi permaisuri, yakni Nyai
Ciciri.
Para pengawal dan dayang-dayang itu tampak terkejut.
Apalagi setelah mereka melihat Nyai Ciciri yang asli sudah
diasingkan ke luar istana. Para pengawal dan dayang itu hanya
dapat saling pandang dengan penuh rasa keheranan. Namun,
salah seorang dayang ada yang memberanikan diri bertanya.
“Gusti Galuh, eh, Gusti Permaisuri, bagaimana nanti kalau
raja menanyakan keberadaan Gusti Galuh?” tanya dayang itu.
“Bodoh! Bilang saja Galuh pergi!” hardik Galuh Gagalang
yang sudah berubah menjadi permaisuri itu.
“Baik, Gusti,” jawab dayang itu ketakutan.
15