Page 31 - Putri Ringin Kuning
P. 31

“Suamiku,”  terdengar suara  ibu  asuhnya.  “Anak-anak  itu

            baru remaja. Masih tanggung. Dagingnya belum enak. Bersabarlah

            sampai usia anak-anak itu  dua puluh tahun. Setelah itu, baru boleh
            kausantap,” bujuk ibu asuhnya.

                  Peristiwa itu kemudian diceritakan kepada saudaranya pada
            suatu hari.

                  “Sutan  dan Satin,  bagaimana  pendapatmu  setelah

            mendengar ancaman  itu?” tanya  Putri Ringin  Kuning  kepada
            kedua saudaranya.

                  “Bagaimana kalau kita kabur saja dari pondok itu?”

                  “Ya, kabur. Aku setuju,” timpal Satin.

                  “Kabur?  Namun,  bagaimana  caranya?”  tanya  Putri Ringin
            Kuning.

                  “Kalau  lewat hutan,  kita  mungkin akan bertemu dengan

            raksasa-raksasa lain.  Bisa  juga  binatang  buas.  Bagaimana  kalau
            kita lewat sungai? Kita pakai perahu saja,” usul Sutan.

                  “Ya, kurasa itu ide  bagus.  Namun, di mana  kita  bisa

            mendapatkan perahu?”
                  “Kalau Kakak setuju, kita buat saja perahunya.”

                  “Baiklah, Kakak setuju dengan pendapat kalian.”

                  Setelah bersepakat, mereka kemudian  berencana membuat
            perahu sebagai alat untuk melarikan diri. Sejak itu, setiap pergi

            mencari bahan makanan di hutan,  Putri Ringin Kuning dan kedua



                                         25
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36