Page 7 - Putri Ringin Kuning
P. 7
GADIS PENYIHIR
Sore itu sangat hening. Angin pun seakan enggan bertiup.
Daun-daun di sekitar gubuk tua itu juga diam membisu. Dalam
keheningan, gadis penyihir yang bernama Galuh Gagalang duduk
sendiri di depan gubuknya. Matanya nanar menatap kehampaan.
Mulutnya tampak komat-kamit mengucapkan mantra-mantra.
“Oh, Dewata sesembahanku, dengarkanlah. Berilah aku
kekuatan yang tiada tara agar aku dapat berkuasa di negeri ini.
Sungguh Engkau selama ini tiada adil kepadaku. Mengapa raja
yang lemah Kauberi kekuasaan, sedangkan aku tidak? Bukankah
aku lebih sakti daripada raja yang bodoh itu?”
Berkali-kali Galuh Gagalang mengeluh dan mengumpat
seperti itu. Ia marah. Ia merasa dendam kepada raja yang berkuasa
di pedalaman Kalimantan Selatan itu.
Gadis penyihir itu pun mulai mengatur siasat. Sebagai
permulaan, ia ingin menjadi istri raja. Dengan cara itu, ia
berharap dapat selalu dekat dengan raja. Dengan begitu, ia dapat
mengetahui kapan saatnya yang tepat untuk menundukkan raja.
Sayangnya, sang raja sudah memiliki permaisuri. Nyai Ciciri,
namanya. Permaisuri itu sangat cantik. Tingkah lakunya lemah
lembut. Raja pun sangat menyayanginya.
1