Page 23 - Sultra-Putri Waeruwondo
P. 23

daun yang sudah layu dan memangkas batang bunga.
            Di  mata  Putri  Waeruwondo,  neneknya  adalah  sosok

            yang sangat bersahaja. Selain terampil, ia juga sabar
            dan  penuh  perhatian.  Terhadap  cucu  satu-satunya,

            Waeruwondo, ia sangat sayang.
                 “Putri  melamun?”  tegur  dayang  istana  melihat

            Putri  Waeruwondo  lama  berdiam  diri  seakan  tidak
            menyadari kehadirannya sejak tadi. Yang ditegur sama

            sekali belum bergeming seakan suara itu lewat begitu
            saja di samping kepalanya.

                 “Putri  ...,”  dayang  itu kembali  memanggil  Putri
            Waeruwondo.

                 “Emmmm  ya.  Ada  apa?” Waeruwondo  gelagapan
            mendengar panggilan dayang itu.

                 “Tadi Putri  memanggil hamba datang kemari. Ada
            apa Putri memanggil hamba?” tanya dayang itu.

                 “Ah ya...” Waeruwondo menepuk dahinya. Mukanya
            bersemu merah menyadari kelalaian yang baru saja ia

            lakukan.
                 Perempuan separuh baya itu hanya tersenyum dan

            menggelengkan  kepala  melihat  tingkah  junjungannya.
            Ada saja  tingkah  Waeruwondo  yang  membuatnya

            tersenyum.  Sikapnya  yang  manja  dan  kekanakan



                                        16
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28