Page 25 - Sultra-Putri Waeruwondo
P. 25

“Apa Ina sedang tidak enak badan atau capek?”
            Waeruwondo bertanya cemas melihat perempuan yang

            sudah seperti orang tuanya dilihatnya sedang melamun.
                 “Ah, tidak, Putri.  Ina hanya  terpukau  melihat

            anggrek-anggrek itu,” katanya menunjuk anggrek bulan
            yang  sedang  berbunga  dan  bergoyang  tertiup  sapuan

            lembut angin sore.
                 Ia  sengaja  tidak  ingin  menceritakan  apa  yang

            barusan dipikirkan.
                  “Oh, saya kira ada apa. Bolehkan saya meminta

            bantuan?” Tanya Waeruwondo.
                 “Tentu saja, Putri. Apa yang bisa Ina lakukan untuk

            Putri?”
                 “Kemarin  waktu  saya  berjalan-jalan  ke  desa

            sebelah, saya menemukan tanaman bunga lili di depan
            rumah penduduk. Saya memintanya untuk menanamnya

            di taman ini. Saya menaruhnya di dekat sumur belakang
            istana. Bisakah Ina mengambilkannya sekalian dengan

            paculnya?” kata Waeruwondo.
                 “Ya, tunggu sebentar Putri”.

                 Wa  Ina,  nama  panggilan  dayang  itu,  bergegas
            ke tempat  yang  dimaksudkan Waeruwondo.  Sedikit

            berlari  ia  ke belakang  karena  tidak  ingin  membiarkan



                                        18
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30