Page 29 - Sultra-Putri Waeruwondo
P. 29

mana.  Tidak biasanya Waeruwondo  meninggalkan
            istana tanpa memberitahukan kedua orang tuanya.

                 Di hadapan Lakinolipu, Wa Ina duduk bersimpuh.
            Kedua pipinya basah berurai air mata penyesalan dan

            rasa  bersalah  yang  tidak  bisa  dimaafkan  oleh  dirinya
            sendiri. Ia bahkan telah merelakan nyawanya apabila

            Lakinolipu menghendakinya.
                 “Sudahlah,  Ina.  Hilangnya  putriku  Waeruwondo

            bukanlah  kesalahanmu.  Kamu  telah  mengasuhnya
            dengan sangat baik sejak ia masih bayi. Tidak ada alasan

            bagimu untuk mencelakainya,” kata Lakinolipu.
                 “Betul, Wa Ina. Kami bisa melihat kamu demikian

            menyayangi putri kami seperti anakmu sendiri. Seperti
            keadaan kami sekarang, tentu kamu juga merasa sedih

            dan kehilangan,” kata permaisuri menimpali perkataan
            suaminya.

                 Wa  Ina kian tersedu mendengarkan perkataan ke-
            dua junjungannya. Perasaan bersalah kian menyesakkan

            dadanya. Dia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya
            atas  hilangnya  putri  Waeruwondo.  Seandainya  ia

            berjalan tidak terburu-buru, tentu kainnya tidak akan
            tersangkut  yang  mengakibatkan  dirinya  terjatuh  dan

            kepalanya  terbentur  batu.  Seandainya  ia  tidak  perlu



                                        22
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34