Page 11 - Putusnya Tali Persaudaraan
P. 11
Pemuda Desa Uteh senang sekali dengan kehadiran
Tima dan Numa. Mereka bagaikan kumbang yang mengincar
dua kuntum bunga. Tentu saja bunga yang paling harumlah
yang banyak diincar, yaitu Numa.
Numa itu bagaikan sebutir intan tetap bercahaya
meski dalam lumpur. Oleh karena itu, kecantikan Numa
tetap terpancar, meskipun berpakaian tidak sebagus
pakaian Tima. Sementara, Tima selalu berusaha tampil
mencolok agar kecantikannya lebih menonjol dari Numa.
Suatu hari Tima akan kedatangan tamu. Tima
memerintahkan Numa untuk berbelanja ke pasar ketika
ibunya berdagang. Untuk membeli bahan masakan, Tima
juga menyuruh Numa memakai uang tabungannya.
“Numa, besok akan datang para pemuda kerabat kepala
suku. Aku minta, besok pagi setelah ibu berangkat, engkau
harus membuat makanan dan minuman yang enak. Untuk
bahannya, kau beli saja dengan uang tabunganmu dulu.
Bila tamu sudah datang, aku sendiri yang menghidangkan
kepada mereka. Aku khawatir, kau akan malu berhadapan
dengan mereka sebab mereka itu terhormat,” celoteh Tima
pada suatu sore, sambil mempertebal bedak dan pemerah
bibirnya.
5