Page 27 - Putusnya Tali Persaudaraan
P. 27
“Apakah kau tidak melihat beban ibu menjadi ringan
sejak dia ada di antara kita? Aku sudah tua, tidak perlu lagi
bersusah payah keliling menjajakan hasil kebun. Dengan
sekali berangkat saja, Mandau kembali dengan keuntungan
yang banyak. Nah, akhirnya dialah yang menjadi tulang
punggung kehidupan kita.”
“Ah, sudahlah, Bu. Aku tidak bisa mengubah sikap
sama pemuda yang telah mendapat tempat di hati ibu itu.
Lebih baik Ibu berwaspada, sebab akhir-akhir ini kulihat
Numa dan pemuda itu sangat intim. Lebih intim daripada
sekedar dua orang yang bersahabat!”
Sesungguhnya yang dikatakan Tima tidak salah. Di
mana ada Numa dan di sana ada Mandau. Namun, Ma Kili
tidak merasa keberatan sebab Mandau selalu berlaku sopan
kepada siapa saja.
Tima semakin jarang di rumah karena sering
mengadakan pertemuan dengan teman-temannya.
Akan tetapi, akhir-akhir ini terbetik berita, Tima sering
tampak berduaan dengan seorang laki-laki. Ketika Ma Kili
menanyakannya, Tima tidak memungkirinya.
“Laki-laki itu bernama Kiban, seorang saudagar yang
telah berpengalaman. Ibu akan kukenalkan besok malam
karena ia berjanji akan datang ke rumah,” kata Tima dengan
menyunggingkan senyum di bibirnya.
21