Page 34 - Putusnya Tali Persaudaraan
P. 34
4. HARAPAN YANG TERCABIK
Apa yang dikatakan Tima memang benar. Keesokan
harinya seorang laki-laki berwajah garang sudah datang
diiringi beberapa pembantunya. Mereka mengaku telah
membeli rumah itu. Oleh karena itu, mereka meminta agar
Ma Kili dan keluarganya segera mengosongkannya.
Numa menjerit menghadapi kenyataan itu. Namun,
Ma Kili menenangkannya dengan lemah lembut, meskipun
dalam keadaan sakit. Mandau tampaknya tidak dapat
berbuat apa-apa. Maklum ia hanyalah pengurus kebun.
“Sudah, Numa. Mungkin inilah yang namanya takdir.
Marilah kita pindah ke dangau di kebun kita,” kata Ma Kili.
Numa dan Mandau bekerja keras menggotong Ma
Kili ke dangau dengan sangat hati-hati. Kemudian, mereka
mengangkut barang-barang yang tidak seberapa banyaknya.
Seingatnya, dangau itu sangat kecil dan sederhana
sekali. Akan tetapi, dangau itu ternyata cukup besar, bersih,
dan rapi.
28