Page 38 - Putusnya Tali Persaudaraan
P. 38

“Kau sendirilah yang harus menjawabnya, Numa. Kau

             pula  yang  menentukannya. Ibu  selalu  berdoa,  berharap,
             semoga kau tidak salah pilih.


                   “Bila sudah pilihanmu itu, tunggu apalagi? Sebaiknya
             menikahlah segera, Numa!” bisik Ma Kili.


                   “Kami  pun  sesungguhnya  sudah merencanakannya,
             Bu. Namun, kami sepakat akan menunggu sampai ibu sehat

             dahulu,” bisik Numa dengan air mata terharu membasahi
             pipinya.


                   “Kenapa harus menunggu ibu sehat, Nak?” jawab Ma
             Kili dengan nada sedih.


                   “Karena kami ingin ibu dapat menikmati kebahagiaan

             kami dalam keadaan sehat.”


                   “Ah, Numa …, Numa. Ibu kira engkau tidak salah pilih
             jika telah  sepakat  melaksanakan pernikahanmu  tanpa
             menunggu ibu sembuh.”


                   “Mandau tetap berkeinginan ibu harus sehat terlebih
             dahulu.”


                   Tiba-tiba  di  luar  terdengar  langkah-langkah  yang

             berat. Semakin lama semakin jelas mendekati pintu dangau.
             Numa dan Ma Kili saling berpandangan heran.



                                         32
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43